Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Mengenal Leading dan Lagging Indicator untuk Trading Lebih Efektif

Basuki Eka Purnama
11/11/2024 11:00
Mengenal Leading dan Lagging Indicator untuk Trading Lebih Efektif
Pekerja melintasi papan elektronik terkait data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta.(MI/SUSANTO)

INDIKATOR lagging dan leading adalah dua jenis indikator penting dalam analisis teknikal yang digunakan oleh trader untuk menginterpretasikan pergerakan harga pasar. 

Menurut Pintu Academy, platform edukasi dari aplikasi Pintu, memahami perbedaan antara keduanya, trader dapat memperoleh wawasan yang lebih baik tentang tren pasar dan menentukan strategi trading yang optimal.

Leading indicator digunakan untuk memprediksi ke mana harga aset akan bergerak di masa depan, sehingga membantu trader masuk ke dalam tren lebih awal. Contoh dari leading indicator adalah fibonacci retracement, on balance volume (OBV), dan relative strength index (RSI). Meski bermanfaat, leading indicator bisa menghasilkan sinyal palsu yang perlu diwaspadai oleh trader.

Di sisi lain, lagging indicator mengandalkan data historis untuk mengonfirmasi tren yang sedang berlangsung saat ini. Contoh dari lagging indicator adalah moving average dan bollinger bands. 

Meski sering kali tertinggal dari pergerakan harga, indikator ini berguna untuk memberikan gambaran tren yang lebih jelas bagi trader.

Perbedaan utama antara kedua jenis indikator ini adalah sifat dari sinyal yang ditampilkan. Leading indicator memberikan prediksi, sementara lagging indicator mengonfirmasi pergerakan yang telah terjadi. 

Keduanya memiliki kelebihan masing-masing dan sering kali digunakan secara bersamaan oleh trader untuk memperoleh pemahaman pasar yang lebih komprehensif.

Dalam menerapkan kedua indikator ini, trader disarankan untuk tetap berhati-hati dan menyiapkan strategi mitigasi risiko, seperti penggunaan stop-loss order atau position sizing, agar potensi kerugian bisa diminimalisir jika sinyal yang dihasilkan indikator tidak sesuai harapan. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya