Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Swasembada Pangan dengan Genjot Produksi dan Inovasi

Wisnu Arto Subari
30/7/2024 19:18
Swasembada Pangan dengan Genjot Produksi dan Inovasi
Petani menurunkan jagung yang baru dipanen di Desa Poi, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (5/1/2024).(Antara/Basri Marzuki)

KETAHANAN nasional harus dilandasi oleh kedaulatan pangan dan ketersediaan pangan yang tidak boleh bermasalah. 

"Swasembada dapat dicapai jika produksi mampu digenjot. Untuk menggenjot produksi pangan mesti dilakukan dengan inovasi," tegas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (PPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi. Inovasi di bidang pertanian mesti disebarkan ke berbagai daerah. Terlebih saat ini mulai banyak petani milenial yang melek teknologi yang akan menjadi generasi penerus petani Indonesia. 

Arahan Kementan untuk menyebarkan inovasi pertanian mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya Syngenta Indonesia yang berkomitmen mendukung pemerintah dalam mencapai swasembada pangan nasional melalui inovasi pengembangan benih jagung unggul berkualitas, termasuk jagung bioteknologi dengan keunggulan ganda. 

Baca juga : Indonesia Capaian Swasembada: Ekspor Surplus Unggas dan Telur ke Pasar Dunia

"Salah satu varietas benih hibrida baru yang kami luncurkan ialah produk jagung bioteknologi dengan keunggulan ganda, yaitu tahan terhadap penggerek batang dan toleran terhadap herbisida glifosat. Inovasi ini merupakan bagian dari upaya kami untuk mendukung swasembada jagung nasional. Selain itu, Syngenta mendukung program bantuan benih pemerintah," tutur Imam Sujono, Seed Marketing Head Syngenta Indonesia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14% pada 2023 mencapai 14,77 juta ton. Pemerintah terus mendorong peningkatan produksi jagung nasional guna mencapai swasembada pangan. Peningkatan produksi ini sejalan dengan target Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045. Indonesia diharapkan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga dapat mengekspor ke luar negeri. Untuk mencapai target tersebut, selain lahan pertanian yang luas dan subur, juga diperlukan peningkatan sumber daya manusia (SDM), regenerasi petani, infrastruktur yang memadai, regulasi yang baik, dan inovasi teknologi pertanian. 

Penggunaan benih unggul berkualitas tinggi merupakan kunci utama keberhasilan swasembada pangan. Tanpa benih berkualitas, petani tidak akan mampu mencapai produksi optimal, terutama di tengah tantangan perubahan iklim, keterbatasan pupuk, dan serangan hama serta penyakit tanaman.

Untuk membantu petani menjawab tantangan tersebut, Syngenta berinovasi dengan mengembangkan benih jagung bioteknologi. Pada awal 2024, Syngenta telah meluncurkan dan memasarkan NK Pendekar Sakti, benih jagung bioteknologi pertama di Indonesia yang memiliki keunggulan ganda. Varietas yang sudah dinanti-nanti petani ini tahan terhadap penggerek batang (Asian corn borer/Ostrinia furnacalis) dan toleran terhadap herbisida glifosat. 

Dengan keunggulan ganda tersebut, petani mendapatkan tiga manfaat sekaligus. Pertama, mudah dalam merawat tanaman dari gulma dan serangan hama penggerek batang. Kedua, murah dalam biaya usaha tani karena lebih sedikit menggunakan pestisida dan juga biaya tenaga kerja. Ketiga, meningkatkan hasil karena kehilangan hasil dari kompetisi nutrisi antara gulma dan jagung serta kerusakan dan penurunan hasil panen akibat serangan hama penggerek batang dapat dihindari secara bersamaan. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya