Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
PENGAMAT otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai adopsi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) Indonesia tertinggal dibandingkan Vietnam.
Ia menyebut Vietnam bisa unggul karena mendapat dukungan kuat serta adanya integrasi kebijakan pemerintah. Plus, memiliki industri manufaktur kendaraan listrik sendiri yakni VinFast. Sebaliknya, ekosistem EV di Indonesia dikatakan masih dalam tahap awal, dengan infrastruktur pengisian daya atau stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang terbatas dan insentif serta promosi pemerintah kepada masyarakat yang masih belum optimal.
"Memang Vietnam bisa karena ada peran aktif dari pemerintah dan VinFast dalam industri EV. Di Indonesia masih tertinggal dalam menerapkan kebijakan yang mendukung pengembangan pasar EV," kata Yannes saat dihubungi Media Indonesia Rabu (7/2).
Baca juga : GM Guyur Dana Insentif EV Senilai Rp1,1 miliar
Ia menerangkan hambatan dan tantangan lainnya dalam mengembangkan industri kendaraan listrik di Indonesia ialah ketidakjelasan regulasi terkait EV di Indonesia, sehingga menghambat minat investor dan konsumen.
Ia menyampaikan Vietnam mengalami pertumbuhan penjualan EV yang pesat, dari 1.300 unit EV terjual di 2022 menjadi 40.000 unit di 2023. Sementara itu, Indonesia mengalami pertumbuhan yang lambat dengan penjualan EV hanya 3.500 unit di tahun lalu.
"Ini menunjukkan bahwa pasar EV Vietnam berkembang lebih cepat dibandingkan dengan Indonesia mba," tegas Yannes.
Baca juga : Aturan Konkret Diperlukan untuk Dukung Transisi ke Kendaraan Listrik
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, pengamat otomotif itu mendesak pemerintah untuk segera merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan yang jelas dan menarik untuk mengurangi ketidakpastian bagi investor dan konsumen, serta mempercepat proses perizinan usaha.
"Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan insentif pajak yang lebih kompetitif untuk konsumen dan produsen kendaraan listrik," ungkapnya.
Yannes menambahkan pemerintah Indonesia juga perlu menyediakan alokasi dana khusus untuk akselerasi pembangunan infrastruktur pengisian daya. Lalu, untuk memperkuat kerja sama dengan swasta melalui kontrak antara swasta dengan pemerintah (public private partnership) untuk memperluas pembangunan SPKLU.
Baca juga : Indonesia Ajak Mazda dan Fuso Investasi Kendaraan Listrik
"Pemerintah sebagai regulator dan motor dalam menggenjot pertumbuhan pasar EV perlu membuat lingkungan yang kondusif untuk investasi melalui insentif dan memfasilitasi kemitraan strategis antara perusahaan lokal dan internasional," pungkas Yannes.
(Z-9)
Bukan lagi sekadar terpikat harga murah, para calon pengguna mobil listrik kini telah berevolusi menjadi konsumen yang lebih matang.
Mobil listrik premium itu dinobatkan menjadi most driven EV dalam ajang pameran mobil Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025.
MOBIL listrik ini memperketat keselamatan penggunanya selama berkendara melalui beberapa fitur yang menggunakan teknologi canggih dengan performa tinggi.
GAC Indonesia menutup partisipasinya di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 dengan pencapaian luar biasa.
MOBIL listrik di Indonesia diharapkan semakin maju. Untuk itu perlu ekosistem, salah satunya komunitas pengguna kendaraan listrik.
Dengan harga beli yang kompetitif dan biaya operasional lebih murah, adopsi mobil listrik diyakini akan semakin meluas.
PADA tahun akademik (TA) (2025/2026), Institut Teknologi Bandung (ITB) menerima sebanyak 7.671 mahasiswa baru.
Bidang AI, inoavi Rissa, sebuah sistem berbasis digital yang dirancang untuk menjalankan layanan masyarakat secara lebih efisien.
IGC 2025 menjadi side event dari kegiatan Konvensi Sains dan Teknologi Indonesia yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (KSTI).
Para peneliti dan akademisi memiliki tugas mulia dalam memajukan industri dan menghasilkan SDM unggul.
Agenda ini menjadi wadah diskusi ilmiah dan kolaborasi lintas sektor, dengan melibatkan ilmuwan, akademisi, pembuat kebijakan, pelaku industri, serta mahasiswa dari berbagai negara.
KETERTARIKAN Wahyu Bagus Yuliantok, atau lebih dikenal Bagus, dalam berorganisasi tumbuh sejak ia menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2004-2009.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved