Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
Indonesia berpotensi mengalami kerugian ekonomi sekitar Rp544 triliun dalam rentang 2022 hingga 2024 akibat perubahan iklim. Pemerintah pun menempatkan isu tersebut sebagai fokus dan prioritas dalam pembangunan jangka menengah panjang ke depan.
Demikian disampaikan Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti dalam peluncuran Indonesia Economic Prospects (IEP) bertajuk Climate Action for Development oleh Bank Dunia, Jakarta, Rabu (13/12).
"Bila kita abaikan perubahan iklim dan tidak melakukan adaptasi, atau aksi iklim, kita akan mengalami kerugian ekonomi dan sosial, sekitar Rp544 triliun 2022-2024 nanti karena perubahan iklim," ujar Amalia.
Baca juga: Spanyol Catat Rekor Suhu Tertinggi Bulan Desember
Ia mengatakan pemerintah menempatkan aksi-aksi menghadapi perubahan iklim dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN). Aksi-aksi tersebut tak semata untuk menyelamatkan potensi kerugian ekonomi, melainkan juga kerugian sosial yang terjadi akibat perubahan iklim.
Aspek sosial juga mengalami kerugian yang cukup besar. Salah satu contohnya ialah kenaikan permukaan air laut berkisar 0,8 cm per tahun berdampak langsung pada aktivitas penduduk yang tinggal di wilayah pesisir. Untuk itu, aksi untuk memitigasi di aspek sosial juga dijadikan prioritas.
Dalam RPJMN 2025-2045 yang sedang dibahas, pemerintah meletakkan strategi dan upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Targetnya, pada 2045 emisi GRK dapat berkurang hingga 93,5%. Itu disesuaikan dengan ambisi nol emisi di 2060.
Baca juga: Alot, Pengambilan Keputusan COP28
"Jadi ini menunjukkan kepada semua pihak bahwa Indonesia berkomitmen melakukan aksi iklim 20 tahun ke depan," kata Amalia.
Agenda untuk menghadapi dan memitigasi pemburukan lebih lanjut dari perubahan iklim juga masuk ke dalam tujuan pencapaian pembangunan Indonesia. Sebab, Indonesia menginginkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Pada aspek keberlanjutan itu, upaya melawan dan memitigasi perubahan iklim dituangkan. Salah satu agenda besarnya ialah menumbuhkan ekonomi hijau di Tanah Air. Pemanfaatan energi bersih secara masif, pengembangan sektor keuangan terhadap program-program hijau didorong untuk dilakukan.
"Kami tidak lagi melihat bahwa ekonomi hijau akan menghambat perekonomian secara menyeluruh. Kami mengubah paradigma, justru ekonomi hijau ini dapat menjadi sumber pertumbuhan baru bagi ekonomi Indonesia ke depan," jelas Amalia.
Di kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menyatakan, dunia usaha sepenuhnya mendukung upaya pencapaian pemerintah menerapkan dan mengembangkan ekonomi hijau. Namun pebisnis masih menunggu kejelasan bagaimana tujuan itu akan dicapai.
"Ketika pemerintah melakukan perencanaan, kami dunia usaha juga membahas hal ini, kita perlu memahami apa yang dikeluarkan pemerintah. Namun bagaimana swasta menanggapi hal tersebut kalau kami tidak dilibatkan?" kata Shinta.
"Kami seharusnya dilibatkan, karena kami adalah yang menjalankan aturan-aturan itu. Karena tidak ada gunanya juga ada perencanaan dibuat sedemikian rupa kalau swasta tidak bisa menjalankannya," lanjutnya.
Diketahui, Bank Dunia dalam laporan IEP bertajuk Climate Action for Development merekomendasikan Indonesia mempercepat transisi hijau dengan mengembangkan rencana untuk menyelesaikan reformasi subsidi bahan bakar dan memperluas penetapan harga karbon.
Hal tersebut dapat menyederhanakan atau menghapuskan langkah-langkah perdagangan non-tarif yang berlaku untuk barang-barang ramah lingkungan.
"Melalui serangkaian tindakan yang ditargetkan, Indonesia dapat meningkatkan pendorong produktivitas dan efisiensi, membantu mengurangi biaya jangka pendek dari pengurangan emisi dan adaptasi, sekaligus memperkuat prospek pertumbuhan jangka panjang," pungkasnya. (Mir)
Pajak itu dalam rangka membantu membiayai aksi penanganan krisis iklim dan pembangunan berkelanjutan.
Gelombang panas ekstrem melanda negara-negara Nordik. Kondisi ini diperparah dengan krisis iklim.
Komitmen terhadap pengelolaan lingkungan berkelanjutan harus ditegakkan secara konsisten demi menjawab ancaman serius akibat pemanasan global.
Krisis iklim menuntut semua sektor bertindak cepat, termasuk industri properti yang menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar.
Menko AHY paparkan tiga langkah konkret atasi urbanisasi dan krisis iklim global di Forum BRICS, fokus pada keadilan sosial, lingkungan, dan infrastruktur berkelanjutan.
Meski sebagian universitas mengadopsi kebijakan sustainability, banyak yang belum memiliki implementasi secara sistematis.
PEMENUHAN kebutuhan esensial anak usia dini harus terus dimaksimalkan. Kebutuhan esensial anak usia dini yakni meliputi asupan gizi, pendidikan, dan pola asuh yang tepat.
Fase ini meletakkan fondasi yang kokoh bagi kesehatan, kemampuan belajar, kesejahteraan secara keseluruhan, bahkan potensi penghasilan mereka di masa depan.
Di tengah pengalaman multisensori tersebut, KAPPI menghadirkan 3 jenis kopi unggulan yakni Kopi Mandheling dari Sumatra Utara, Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan dan Kopi Bali Kintamani.
Penanganan bencana tidak bisa diselesaikan dengan cara yang sama antara korban laki-laki, perempuan dan disabilitas.
Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan penambahan anggaran pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) bakal membuat perekonomian Indonesia tumbuh tinggi.
Program MBG akan berdampak besar pada pembentukan pola kebiasaan makan masyarakat hingga akhirnya bisa memberikan dampak positif bagi kesehatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved