Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KEMENTERIAN Pertanian terus mendorong pembangunan sarana dan prasarana pertanian di seluruh Indonesia. Tak hanya berupa fisik, dukungan sarana nonfisik juga terus dilakukan untuk membantu petani.
Hal ini ditujukan untuk mendongkrak produksi dan produktivitas pertanian, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
Pembangunan infrastruktur ini ditanggapi positif oleh pengamat pertanian, Khudori. Menurutnya, infrastruktur pertanian adalah ujung tombak agar budidaya pertanian bisa maksimal.
"Kalau infrastruktur itu tidak memadai, maka kegiatan budidaya pertanian bisa gagal. Contohnya infrastruktur yang menjamin ketersediaan air, seperti irigasi, embung, atau waduk. Kalau infrastruktur itu tidak ada, maka proses budidaya tidak bisa dilakukan. Karena semua tanaman perlu air," kata Khudori dalam keterangannya, Sabtu (11/11).
Oleh karena itu, dia memandang pemerintah harus benar-benar memperhatikan persoalan ini. Supaya target peningkatan produksi pertanian itu bisa tercapai.
Khudori juga menyarankan kepada pemerintah untuk memperkuat sinkronisasi pembangunan infrastruktur antar kementerian atau stakeholder terkait. Sebab, menurutnya ada permasalahan serius terkait ini, dimana kadang tidak ada kesinambungan antara pembangunan yang dilakukan oleh pusat dengan daerah.
"Misalnya begini, jaringan irigasi primer dan sekunder yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat sudah dibangun, tapi jaringan irigasi tersier yang menjadi tanggung jawab daerah belum dibangun. Itu yang membuat air dari embung atau waduk tidak optimal sampai ke sawah petani," jelas Khudori.
Selain soal infrastruktur fisik, menurut Khudori, sarana pertanian nonfisik juga sangat penting untuk diperhatikan, seperti pupuk subsidi.
Baca juga:
> Teknologi Biosoildam MA 11 Dorong Perubahan Signifikan Dunia Pertanian
> Petani Milenial Kalsel Didorong untuk Ekspor Produk Pertanian
Meski jumlah pupuk subsidi itu terbatas dan tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan petani, Khudori mengapresiasi adanya aplikasi Integrasi Pupuk Bersubsidi (iPubers) yang dibuat Kementan, yaitu dengan mengintegrasikan data berbasis petani dan data dari pupuk Indonesia yang basisnya penyalur.
"Setahu saya ini (ipubers) sudah dicoba di 8 provinsi dan hasilnya bagus. Mudah-mudahan ini terus dijaga, dan bisa diperluas. Nanti ujungnya bisa mengubah sistem subsidi dari bentuk barang ke (subsidi) langsung petani," jelasnya.
Berikutnya, menurutnya yang tak kalah penting adalah sarana pertanian berupa modal kerja. Sebab, banyak petani yang masih mengandalkan modal pribadi yang kecil dan tidak sanggup lagi menanam bila kehabisan modal.
"Makanya modal usaha dengan syarat mudah dan bunga rendah dari pemerintah itu sangat penting sekali," kata Khudori.
Dari segi ini, Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian sudah cukup memadai untuk membantu petani. Namun dia menyoroti adanya masalah teknis yang menjadi kendala di lapangan, terutama terkait agunan yang disyaratkan oleh bank penyalur.
"Meski pemerintah sudah memastikan tak perlu agunan, tapi bank-bank penyalur dalam pelaksanaannya masih mensyaratkan agunan itu. Petani seringkali terkendala di sini. Kayaknya perlu cari solusi bersama untuk ini," jelasnya.
Terakhir, Khudori menyarankan pemerintah untuk menambah lahan pertanian. Sebab selama lima tahun terakhir ini, lahan pertanian kita terus menyusut yang berdampak pada menurunnya produksi pertanian. Tapi kebutuhan pangan terus naik.
"Lahan sawah kita itu hanya 7,4 juta hektare. Belum lagi ada alih fungsi. Karena itu, mau tidak mau selain meningkatkan produktivitas, pemerintah juga harus menambah lahan pertaniannya," pungkasnya.
Penyusunan dan integrasi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dengan sistem Online Single Submission (OSS) menjadi kunci untuk menarik investasi infrastruktur di Indonesia.
Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo mengatakan pemerintah pusat sedang menyiapkan pembangunan tanggul laut sepanjang 20 kilometer.
Direktur Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang (SPPR) Kementerian ATR/BPN, Virgo Eresta Jaya, menekankan pentingnya adopsi teknologi survei dan pemetaan secara masif
International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 dinilai menjadi tonggak penting penguatan kolaborasi pembangunan infrastruktur nasional.
Infrastruktur kampus harus mendukung proses belajar yang adaptif, berbasis teknologi, dan kolaboratif sehingga mampu mencetak lulusan yang siap bersaing secara global.
Kelima proyek tersebut dituangkan dalam Keputusan Bupati Kebumen Nomor 000.3.1/871 Tahun 2025 tentang Daftar Paket Pengadaan Barang/Jasa Strategis Daerah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved