Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
RAKSASA energi Saudi Aramco pada Selasa (7/11) membukukan penurunan laba kuartal ketiga sebesar 23% tahun ke tahun. Ini akibat dari harga minyak yang lebih rendah dan pengurangan produksi.
Penurunan laba dari US$42,43 miliar tahun lalu menjadi US$32,58 miliar. Ini, "Terutama mencerminkan dampak rendahnya harga minyak mentah dan volume penjualan," kata perusahaan itu dalam pernyataan kepada bursa saham Saudi.
Hal ini menyusul penurunan laba bersih Aramco, salah satu perusahaan terkaya di dunia, sebesar 19,25% pada kuartal pertama dan 38% pada kuartal kedua dibandingkan 2022. Aramco ialah permata perekonomian Saudi dan sumber pendapatan utama bagi program reformasi ekonomi dan sosial Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang dikenal sebagai Visi 2030 untuk mengalihkan kerajaan Teluk dari bahan bakar fosil.
Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia, memiliki 90% saham Aramco. Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 mendorong harga minyak meroket hingga mencapai puncaknya lebih dari US$130 per barel.
Baca juga: Sistem Pangan Buruk Tambah Biaya Tersembunyi Sebesar US$10 Triliun
Aramco melaporkan yang digambarkannya sebagai rekor laba tahun lalu sebesar US$161,1 miliar. Ini menjadikan kerajaan tersebut mengalami surplus anggaran tahunan pertama dalam hampir satu dekade.
Harga minyak tahun ini diperkirakan sekitar US$85 per barel, kata perusahaan Jadwa Investment yang berbasis di Riyadh dalam laporan pada akhir Oktober. Para analis mengatakan kerajaan membutuhkan harga minyak sekitar US$80 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya, meskipun hal ini dapat terhambat oleh pengurangan produksi dan peningkatan belanja.
Baca juga: Perusahaan Pelayaran Denmark Maersk akan Pangkas 3.500 Pekerja
Arab Saudi pada April mengumumkan pihaknya memangkas produksi sebesar 500.000 barel per hari sebagai bagian dari langkah terkoordinasi dengan negara-negara minyak lain untuk membatasi pasokan lebih dari satu juta barel per hari dalam upaya untuk menopang harga. Pada Juni, Kementerian Energi Saudi mengumumkan pemotongan sukarela lebih lanjut sebesar satu juta barel per hari yang mulai berlaku pada Juli.
Pemotongan itu akan berlangsung hingga Desember, kementerian mengonfirmasi pada Minggu. Produksi harian kerajaan tersebut kini mencapai sekitar sembilan juta barel per hari, jauh di bawah kapasitas harian yang dilaporkan sebesar 12 juta barel per hari.
Harga minyak meningkat sebagai respons terhadap perang yang meletus setelah militan Hamas melancarkan serangan paling mematikan dalam sejarah Israel pada 7 Oktober. "Pedagang khawatir bahwa kekerasan dapat meningkat dan menyebar, mungkin menarik aktor-aktor negara dan mengancam pasokan minyak," kata Jadwa Investment dalam laporannya pada Oktober.
"Kami pikir ketakutan ini berlebihan. Namun kami menyadari bahwa kesalahan perhitungan atau tindakan berlebihan yang dilakukan oleh satu atau lebih pihak yang terlibat dapat menyebabkan pembendungan ini terbuka dengan sangat cepat."
Masih menjadi pertanyaan besar terkait perang itu dapat memengaruhi produksi Saudi, kata Herman Wang, direktur asosiasi berita minyak di S&P Global Commodity Insights. "Tanpa perang Israel-Hamas, semua sinyal yang keluar dari Riyadh mengenai kebijakan minyak ialah tetap berhati-hati dan disiplin dalam mengurangi produksi untuk menjaga harga tetap di bawah harga dengan prospek permintaan kuartal I terlihat kurang bagus," kata Wang.
"Hal ini jelas akan terus membatasi produksi Aramco dan membatasi ekspornya. Kami telah melihat dampaknya terhadap angka PDB terbaru mereka yang menunjukkan kontraksi dari tahun ke tahun."
Badan statistik nasional mengumumkan pekan lalu bahwa PDB turun 4,5% pada kuartal ketiga dibandingkan tahun lalu. Aktivitas minyak turun 17,3% dan aktivitas nonminyak tumbuh sebesar 3,6%. (AFP/Z-2)
Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar dunia, terpukul tahun lalu oleh pukulan ganda dari harga rendah dan pemotongan tajam dalam produksi.
Konsorsium yang dipimpin EIG akan memegang 49% saham di anak perusahaan tersebut. Aramco akan mempertahankan kepemilikan penuh dan kendali operasional.
Penjualan tersebut terjadi setelah dua penawaran obligasi sebelumnya yang tidak sesuai dengan hukum Islam. Penjualan perdana senilai US$12 miliar pada 2019.
Sukuk tiga tahap atau obligasi Islam yang sesuai dengan keyakinan Muslim akan jatuh tempo dalam tiga, lima, dan 10 tahun.
Dua divisi baru itu akan disebut Operasi Gas Area Selatan dan Operasi Gas Area Utara. Keduanya akan dijalankan oleh Wail Al Jaafari dan Jumaan Al Zahrani.
Arab Saudi, pengekspor minyak mentah utama dunia, mengatakan akan bergabung dengan upaya global untuk mengurangi emisi metana hingga 30% pada 2030.
Peretas dilaporkan meminta uang tebusan US$50 juta dari Saudi Aramco
PEMBERONTAK Houthi menyerang fasilitas yang dijalankan oleh perusahaan minyak Aramco di Jizan, Arab Saudi selatan.
SAAT ini, raksasa ritel Amerika Serikat (AS) menjadi perusahaan terbesar berdasarkan pendapatan secara global berkat jangkauan internasional mereka dan kekuatan konsumen Amerika.
Perusahaan itu melaporkan pula peningkatan laba bersih hingga 288% dari kuartal yang sama tahun lalu menjadi US$25,5 miliar dan mengumumkan dividen US$18,8 miliar.
Kepemilikan Aramco sebagian besar dipegang oleh pemerintah Arab Saudi, dengan di bawah 2% dari perusahaan yang terdaftar di bursa efek Saudi Tadawul.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved