Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
XURYA sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang energi baru dan terbarukan serta mempelopori metode Rp0 dalam pembiayaan PLTS Atap, kembali memberikan dukungannya untuk memperingati deklarasi Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) yang ke-6.
Kali ini, perayaan GNSSA dilakukan cukup berbeda dimana Xurya memilih Jawa Timur sebagai lokasi penyelenggaraan, tepatnya di Hotel Novotel Samator, Surabaya, pada Jumat (15/9) .
GNSSA adalah sebuah gerakan yang dideklarasikan pada tanggal 13 September 2017 lalu oleh dua kementerian, berbagai asosiasi energi terbarukan, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Institute of Essential Services Reform (IESR).
Baca juga: Pertamina NRE Raih Peringkat ESG Rating Terbaik ke-3 Dunia
Gerakan ini bertujuan untuk mendukung kebijakan energi nasional, yaitu tercapainya 23% penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) pada tahun 2025, dengan cara mendorong dan mempercepat pembangunan pembangkit listrik surya atap di perumahan, fasilitas umum, gedung perkantoran dan pemerintahan, bangunan komersial, dan kompleks industri.
50 Badan Usaha Dukung GNSSA
Sejak dideklarasikan hingga sekarang, sudah lebih dari 50 badan usaha di Indonesia mendukung gerakan ini.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) sekaligus salah satu Deklarator GNSSA menyatakan, “Ide dan target GNSSA sendiri berdasarkan target 23% bauran energi terbarukan pada tahun 2025."
Baca juga: SUN Terra Terus Dorong Adopsi Energi Surya di Sektor Perumahan
"PLTS ditargetkan berkontribusi 6,5 GW. PLTS Atap yang belum jadi sumber energi yang mainstream harus dapat menjadi berkontribusi. Karena perlu pertumbuhan yang masif, kami mendorong gerakan ini," jelas Fabby.
Dengan demikian target 1 GW di 2020 lalu, dapat terwujud oleh gerakan rakyat yang memasang PLTS Atap di atap bangunan rumah, kantor, dan industri.
Selain itu, gerakan ini juga menciptakan peluang usaha dan kesempatan investasi bagi energi terbarukan.
"Saya berharap kita dapat menggaungkan gerakan ini kembali supaya menjadi gerakan yang dapat mendukung transisi energi di Indonesia dan menjadikan PLTS sebagai kontributor utama dalam upaya percepatan melakukan transisi energi,” papar Fabby.
Hingga bulan Juli 2023, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Indonesia meningkat signifikan hingga 26%, dari jumlah pelanggan sebanyak 5.926 pada Juli 2022 menjadi 7.472 pelanggan per Juli 2023.
Baca juga: Dorong Target EBT 2025, Revisi Permen PLTS Atap Perlu Dikaji Ulang
Tuntutan pasar yang semakin kuat akan penggunaan produk hijau mendorong sektor komersial dan industri mulai beralih menggunakan energi terbarukan, salah satunya PLTS Atap.
Permintaan Instalasi PLTS Atap Meningkat
Eka Himawan, Managing Director Xurya mengatakan, “Permintaan instalasi PLTS Atap saat ini meningkat cukup pesat, terutama untuk sektor komersial dan industri."
Hal tersebut juga berpengaruh langsung kepada performa bisnis Xurya. Kenaikan permintaan PLTS Atap ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan saja, tetapi juga dari nilai ekonomi.
Pasalnya, dengan menggunakan PLTS Atap, perusahaan dapat menghemat total tagihan listrik perusahaan.
Baca juga: Grup Mind Id PTBA Kini Miliki Enam PLTS Irigasi
"Selain itu, PLTS Atap juga dapat menjadi solusi yang tepat bagi perusahaan yang ingin mulai mengimplementasi kebijakan sustainability. Ke depannya, kami harap kolaborasi antar pihak dapat terus terjaga agar agenda transisi energi dapat terealisasi dalam waktu dekat,” terang Eka.
GNSSA telah mendorong banyak perusahaan, dari skala kecil hingga besar, untuk mengadopsi PLTS Atap sebagai bagian dari strategi perusahaan.
Imelda M. Harsono, Direktur PT Samator Indo Gas Tbk memaparkan, “Penggunaan energi terbarukan membantu perusahaan untuk mengurangi gas emisi karbon dan berkontribusi dalam menjaga lingkungan. "
"Sebagai salah satu perusahaan gas industri terbesar di Indonesia, kehadiran PLTS Atap menjadi sebuah langkah konkret dan positif dalam merealisasikan komitmen kami menjadi perusahaan yang berkelanjutan," katanya.
"Kami harap akan banyak pelaku industri yang terinspirasi dan mulai menggunakan PLTS Atap sebagai sumber energi bagi operasional perusahaan,” jelas Imelda.
Hingga saat ini, Xurya telah memiliki lebih dari 100 proyek PLTS Atap yang tersebar di Medan, Palembang, Lampung, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Makassar. Proyek PLTS Atap Xurya diperkirakan mampu memproduksi lebih dari 150 juta kWh energi bersih dan mereduksi lebih dari 134 juta kg gas CO2.. (RO/S-4)
Pada dasarnya jika kita menjadi seorang wirausaha harus mampu menanggung risiko dari suatu hal yang kita jalankan.
Wirausaha dengan usaha kecil makin menjamur di kalangan masyarakat. Hal tersebut tentu hal yang menggembirakan mengingat kewirausahaan merupakan salah satu bentuk kemandirian.
Di lingkungan perguruan tinggi Nahdlatul Ulama, dari 270 PTNU (Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama), Universitas Alma Ata (UAA) bertengger di ranking nomor 1.
PT Kimia Farma Apotek (KFA) melakukan kerja sama dengan PT Victoria Care Indonesia Tbk (VICI) dalam rangka pengembangan bisnis di bidang kosmetika dan personal car.
Coban Rondo merupakan salah satu wisata unggulan di Kabupaten Malang, Jawa Timur. yang dikelola oleh Perum Perhutani melalui Econique, anak perusahaan di bidang wisata.
Propan Raya siap berkolaborasi dengan Kementerian PUPR untuk memberikan pelatihan terkait pengecatan kepada Tenaga Kerja Konstruksi di IKN Nusantara.
PT Blasfolie Internasional Indonesia, salah satu perusahaan kemasan plastik di Indonesia yang berdiri pada 2015, meresmikan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.
Percepatan pemanfaatan PLTS Atap khususnya di bangunan pemerintah, fasilitas publik, dan sektor bisnis, di Bali, merupakan satu dari tiga arah kebijakan untuk mewujudkan Bali Mandiri Energi.
Kerja sama ini bersifat eksklusif dan mencakup pengembangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk kawasan industri yang pasokan listriknya berada dalam cakupan layanan PT Bekasi Power.
Pemerintah Indonesia mengantongi komitmen pendanaan untuk pembangunan PLTS Terapung Saguling sebesar US$60 juta atau setara Rp994,68 miliar dari tiga mitra internasional.
PT PLN bersama dengan perusahaan energi baru dan terbarukan (EBT) asal Uni Emirat Arab, Masdar, menjajaki kerja sama pengembangan kapasitas proyek PLTS Treapung Cirata.
Meski potensi teknis energi terbarukan Indonesia mencapai 3.700 GW, pemanfaatannya masih jauh dari optimal, terutama untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan tenaga bayu (PLTB).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved