Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
AKTIF di bank sampah sejak 2015 membangkitkan ide Euis Teti Rostiati untuk mengolah limbah berupa plastik dan kertas. Dimulai sejak 2018, Euis mulai mengajak beberapa ibu untuk membuat produk dari sampah plastik dan kertas. Hasilnya bisa dijual dan diberikan untuk pengurus bank sampah.
Euis memang tak begitu saja memiliki keahlian mendaur ulang sampah plastik dan kertas. Sebelumnya, di September 2013, Euis diajak DLH Kabupaten Bekasi untuk ikut pelatihan pengolahan sampah plastik dan kertas. Tanpa banyak pertimbangan, Euis mengiyakan dan mendapat banyak ilmu dari pelatihan tersebut. Begitu kembali ke rumahnya di wilayah Tambun Utara, ia mengaku ingin menyebarkan ilmu tersebut. Karena itu, ia lantas aktif menjadi tutor di beberapa tempat.
"Sejak melakukan pemilahan dan mendaur ulang, sampah saya yang terbuang ke tempat penampungan berkurang hingga 70%. Selain menjadi tutor, saya juga mengajar di sekolah adiwiyata. Awalnya idealis saya, 100% harus dari sampah, tetapi kan realitanya perlu ada tambahan lain seperti ring untuk tas atau gantungan kunci, jadi saya tetapkan 70% dari sampah," kata Euis yang mengaku sangat senang untuk belajar dan mandiri secara ekonomi, Kamis (29/6).
Baca juga: Pedagang Kerak Telor Ini Raup Rp3 Juta per Hari di Jakarta Fair
Produk yang dibuat Euis beragam mulai dari tas dari plastik dan kertas, wadah alat tulis hingga wadah makanan yang dikemas. Semua bahan utamanya dari sampah. Untuk plastik, imbuh Euis, biasanya dicuci lebih dulu lalu dikeringkan baru kemudian dianyam. Sementara sampah kertas, ia biasanya dapat pasokan dari tukang fotokopi atau buku tulis yang sudah tidak terpakai.
Ada perbedaan perlakuan pada kertas dan plastik, jika bahan plastik langsung bisa dilinting dan dianyam, sementara kertas usai dilinting harus dilapisi dengan lem terlebih dahulu supaya merekat kuat dan tak mudah rusak.
Baca juga: Berkat KUR BRI, Usaha Lily Semakin Moncer
Kesenangannya ikut belajar sana sini membuat Euis makin mahir mengolah sampah plastik dan kerta. Di tahun 2018 juga ia mulai menampilkan produknya dengan nama brand Akalabi Handmade. Rupanya kemampuan menganyam juga harus dikuatkan dengan kelihaian menjahit. Kini, berkat kegigihan Euis berkeliling mengajar sembari terus belajar, muncul banyak kelompok ibu-ibu di sekitarnya yang rajin mengolah sampah hingga menjadi berkah untuk keluarga.
"Untung dulu teh saya sudah (belajar) menjahit, dulu saya pinjam KUR di BRI untuk menjahit, nah kepakai kan sekarang ini kemampuannya itu he he," seloroh Euis yang merupakan nasabah loyal Bank BRI sejak tahun 80-an.(Wnd)Olah Sampah Plastik Jadi Produk Menarik
AKTIF di bank sampah sejak 2015 membangkitkan ide Euis Teti Rostiati untuk mengolah limbah berupa plastik dan kertas. Dimulai sejak 2018, Euis mulai mengajak beberapa ibu untuk membuat produk dari sampah plastik dan kertas. Hasilnya bisa dijual dan diberikan untuk pengurus bank sampah.
Euis memang tak begitu saja memiliki keahlian mendaur ulang sampah plastik dan kertas. Sebelumnya, di September 2013, Euis diajak DLH Kabupaten Bekasi untuk ikut pelatihan pengolahan sampah plastik dan kertas. Tanpa banyak pertimbangan, Euis mengiyakan dan mendapat banyak ilmu dari pelatihan tersebut. Begitu kembali ke rumahnya di wilayah Tambun Utara, ia mengaku ingin menyebarkan ilmu tersebut. Karena itu, ia lantas aktif menjadi tutor di beberapa tempat.
"Sejak melakukan pemilahan dan mendaur ulang, sampah saya yang terbuang ke tempat penampungan berkurang hingga 70%. Selain menjadi tutor, saya juga mengajar di sekolah adiwiyata. Awalnya idealis saya, 100% harus dari sampah, tetapi kan realitanya perlu ada tambahan lain seperti ring untuk tas atau gantungan kunci, jadi saya tetapkan 70% dari sampah," kata Euis yang mengaku sangat senang untuk belajar dan mandiri secara ekonomi, Kamis (29/6).
Produk yang dibuat Euis beragam mulai dari tas dari plastik dan kertas, wadah alat tulis hingga wadah makanan yang dikemas. Semua bahan utamanya dari sampah. Untuk plastik, imbuh Euis, biasanya dicuci lebih dulu lalu dikeringkan baru kemudian dianyam. Sementara sampah kertas, ia biasanya dapat pasokan dari tukang fotokopi atau buku tulis yang sudah tidak terpakai.
Ada perbedaan perlakuan pada kertas dan plastik, jika bahan plastik langsung bisa dilinting dan dianyam, sementara kertas usai dilinting harus dilapisi dengan lem terlebih dahulu supaya merekat kuat dan tak mudah rusak.
Kesenangannya ikut belajar sana sini membuat Euis makin mahir mengolah sampah plastik dan kerta. Di tahun 2018 juga ia mulai menampilkan produknya dengan nama brand Akalabi Handmade. Rupanya kemampuan menganyam juga harus dikuatkan dengan kelihaian menjahit. Kini, berkat kegigihan Euis berkeliling mengajar sembari terus belajar, muncul banyak kelompok ibu-ibu di sekitarnya yang rajin mengolah sampah hingga menjadi berkah untuk keluarga.
"Untung dulu teh saya sudah (belajar) menjahit, dulu saya pinjam KUR di BRI untuk menjahit, nah kepakai kan sekarang ini kemampuannya itu he he," seloroh Euis yang merupakan nasabah loyal Bank BRI sejak tahun 80-an.
Peeba Indonesia sebagai sebuah platform grosir digital, mengeksplorasi bagaimana tantangan-tantangan yang dialami para pemilik merk dapat dijawab dengan teknologi.
Karena keunggulan dan keunikan yang dimilikinya, beberapa pesohor seperti artis Jessica Iskandar (Jeddar) dan putranya El sampai rela datang langsung ke Jember.
Pemberdayaan UMKM, konsepnya lebih diarahkan kepada upaya fasilitasi para pelaku usaha mendapatkan pembinaan dan legalitas.
KOMPETISI sepak bola BRI Liga 1 musim 2023-2024 turut membawa berkah bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Seperti yang terjadi pada pertandingan Persija melawan Persikabo
Pemprov DKI meluncurkan pemutakhiran dashboard sistem Jakpreneur ini hasil kolaborasi untuk memudahkan dalam pendaftaran dan pembuatan QRIS Jakpreneur bagi para UMKM.
Desa Benteng, Kabupaten Bogor, bersolek menjadi salah satu desa wisata yang ada di Jawa Barat. Perjalanannya menjadi desa edu agrotourism boleh dibilang cukup panjang.
Kemajuan sistem pembayaran di Indonesia berkembang cukup pesat. Salah satu contohnya adalah penerapan pembayaran nontunai menggunakan gawai melalui QRIS
Pandemi covid-19 yang terjadi empat tahun lalu ternyata tidak melulu menjadi cobaan. Itu juga membawa keuntungan bagi beberapa pihak, salah satunya adalah Huggy Boo.
Huggy Boo, jenama fesyen lokal bertemakan pakaian keluarga ciptaan Novita Hapsari memiliki sebuah arti yang menarik. Huggy Boo sendiri diartikan sebagai memeluk kesayangan.
Perkembangan jenama Huggy Boo yang kini tengah dalam proses kerja sama dengan Marc Jacobs untuk dipasarkan di luar negeri, tidak membuat sang pemiliknya, Novita Hapsari, berpuas diri.
Fitri Aprilia memulai bisnisnya sebagai perajin makrame sejak 2019. Berawal dari coba-coba, usahanya tersebut kini berbuah manis dan terus berkembang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved