DI tengah peningkatan kesadaran global akan keberlanjutan sumber daya, investasi berbasis ESG (Environmental, Social, Governance) juga ikut naik. Hal itu membuat perusahaan mengambil peran dalam pemeliharaan lingkungan, pembaharuan energi, keterlibatan sosial, dan keberlanjutan.
Investasi berbasis ESG dapat terlaksana apabila perusahaan dapat berinisiatif untuk mengambil peran dalam tanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial-ekonomi.
Menurut Ahli Panel ESG Stella Septania Farronikka, perusahaan dapat melakukan kinerja berbasis ESG hanya jika pemerintah mengambil peran untuk membuat regulasi yang mendorong peranan perusahaan untuk terlibat dalam tanggung jawab tersebut.
Baca juga: BNP Paribas Dorong Tren Investasi Berbasis ESG
“Kita terus dorong pemerintah untuk menerapkan regulasi yang bisa mendorong penerapan ESG di ekosistem investasi. Indonesia sudah menjadi semakin condong ke sustainability ini. Misalnya sudah ada Perpres 59/2017 mengenai pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Jadi karena pemerintah sudah bergerak, sudah saatnya industri dan swasta untuk bergerak ke arah ESG ini,” ujar Stella kepada wartawan, Kamis (2/3).
Stella juga menekankan pentingnya peran investor untuk terus memilah dan memilih perusahaan atau emiten yang menerapkan norma ESG, demi keberlanjutan sumber daya. Bahkan, Stella menambahkan rencana memajaki emisi karbon pada perusahaan adalah regulasi yang tepat.
“Jadi kita harus punya regulasi yang bisa mengatur mereka (perusahaan). Misalnya pajak karbon. Kalau kita mungkin Rp30 ribu per ton, di Singapura itu bisa sampai US$5. Pada 2025, itu bisa hit US$20, bahkan bisa US$80 pada 2029,” ungkap Stella.
Minimnya regulasi bisa halangi investasi
Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk BNP Paribas Maya Kamdani juga menambahkan regulasi mengenai ESG menjadi hal yang penting. Karena, menurut Maya, norma ESG kini menjadi konsiderasi investor luar dalam berinvestasi.
“Jadi untuk mendorong perusahaan mau bergerak dan menginisasi ESG, itu harus didorong oleh regulasi, global standards, dan juga investor. Jadi, di pasar modal itu kan kalau tidak menerapkan kinerja ESG, bisa bisa menjadi faktor pertimbangan investor asing untuk masuk ke Indonesia,” ujar Maya.
“ESG itu penting bagi para investor karena ketidakpastian. Mulai dari cuaca ekstrem, penyakit menular, bencana alam dan faktor ekonomi sosial. Jadi, kalau misalnya perusahaan di suatu wilayah tidak menerapkan kinerja ESG, itu bisa menjadi resiko bagi para investor untuk investasi di dalam negara. Pastinya, mereka (investor) selalu mencoba mengecilkan resiko,” lanjutnya. (OL-1)