Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pasar Properti Diyakini Tetap Tumbuh Tahun Depan

Gana Buana
01/12/2022 17:10
Pasar Properti Diyakini Tetap Tumbuh Tahun Depan
Talkshow mengenai strategi penyaluran KPR.(DOK IST)

DI tengah ancaman resesi ekonomi makro, tingginya tingkat inflasi dan naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-7 Day (Reverse) Repo Rate (BI7DRR) pasar properti diyakini tetap akan tumbuh pada 2023 mendatang. Target pertumbuhan penjualan properti dan penyaluran KPR bisa tercapai. 

Sekretaris Jenderal DPP REI Hari Ganie menyampaikan, kebutuhan hunian di Indonesia masih sangat tinggi bahkan mencapai 12,72 juta unit hingga 2020 kemarin. Pasar properti tetap akan tumbum terutama untuk segmen end-user. 

“Kenaikan suku bunga acuan sampai saat ini belum mempengaruhi ke suku bunga KPR karena untuk menaikan, perbankkan melihat dari banyak faktor,” ujar Ganie di Jakarta, Kamis (1/12). 

Ganie mengaku optimistis bahwa ekonomi makro Indonesia akan terus bagus. Apalagi Indonesia memiliki kekhasan, negara kepulauan yang memiliki basis ekonomi yang berbeda. 

“Pengembang properti akan terus melakukan inovasi terhadap banyak hal untuk menggaet pembeli, seperti konsep perumahan, desain, dan fasilitas,” ujar Hari Ganie.
 
Selain itu, REI juga akan terus mendorong pemerintah agar kembali memberikan berbagai stimulus untuk mendorong industri properti di tengah semakin banyaknya tekanan. Seperti  pemberian kembali insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100% yang terbukti efektif meningkatkan daya beli masyarakat.

Kepala DIvisi Subsidized Mortgage Lending Division Bank BTN Mochamad Yut Penta menyampaikan, meskipun saat ini suku bunga acuan BI sudah naik, namun bunga KPR tidak langsung ikut naik. Sebab perbankan punya banyak pertimbangan untuk menaikan bunga produk perbankan. 

“Jadi banyak yang harus dipertimbangkan, misalnya cash flow dan likuiditas bank, untuk itu saat suku bunga acuan naik, bunga KPR tidak langsung naik saat itu juga,” kata dia.

Baca juga: Kesehatan Mental adalah Fondasi untuk Masa Depan Anak 

Di saat suku bunga naik, Bank BTN melakukan inovasi pada produk KPR non subsidi, seperti menawarkan produk KPR dengan suku bunga tetap (fix rate) mulai 2 hingga 10 tahun. Bank BTN juga melakukan kerja sama dengan pengembang properti untuk menawarkan KPR dengan suku bunga KPR 2,47% fix satu tahun.

Tidak hanya itu, kata Penta, pertumbuhan sektor perumahan memang tidak tinggi, tetapi tetap stabil. MBR lebih resilient karena mereka merupakan pembeli rumah pertama (first home buyer) yang memang butuh rumah untuk tempat tinggal.

“Pada saat ekonomi turun, kelas menengah dan atas turun paling dalam. Justru kelas menengah ke bawah yang tetap stabil. Hal lain yang membuat pasar perumahan menengah ke bawah tetap stabil adalah tingkat backlog yang lebih banyak di kelas menengah bawah,” katanya.

Head Consumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Ari Indiastomo menyampaikan, Bank BRI melakukan beberapa inovasi di sektor KPR berdasarkan pada kebutuhan konsumen (consumer centric). Salah satunya KPR yang menyasar generasi milenial dengan suku bunga 2,87% fix satu tahun atau 4,97% fix 2 tahun. 

“Agar konsumen tertarik, Bank BRI memberikan harga khusus, bunga khusus, dan gimmick khusus,” tuturnya.

Managing Director Synthesis Huis Aldo Daniel menambahkan, Pihaknya tidak terlalu khawatir kenaikan suku bunga KPR akan menganggu minat pembeli di Synthesis Huis. Hal itu disebabkan mayoritas pembeli atau di proyek hunian tersebut adalah pengguna akhir (end user) dan pembeli rumah pertama (first home buyers). Kelompok di pasar ini biasanya membeli rumah karena kebutuhan.

“Rumah adalah kebutuhan. Setiap saat ada orang yang menikah dan mereka pasti membutuhkan rumah untuk keluarganya. Jadi kami yakin pasar residensial tetap bergerak meski pun bunga KPR naik,” jelasnya.

Selain itu, Synthesis Huis menargetkan segmen kelas menengah atas dengan harga jual mulai Rp1 miliar per unit sehingga mayoritas pembeli atau sekitar 60% membeli secara tunai bertahap serta sisanya tunai dan KPR. Pengembang juga selalu aktif melakukan promo termasuk subsidi bunga.

"Memang untuk produk Synthesis Huis ini pasarnya premium, sehingga tidak terlalu  banyak terpengaruh dengan bunga KPR atau resesi, karena mayoritas pembeli di segmen ini sudah siap dengan pendanaan," tandas Aldo. (R-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya