Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pengusaha Berharap di Tahun Politik, Iklim Investasi RI Stabil

Mediaindonesia.com
27/10/2022 10:50
Pengusaha Berharap di Tahun Politik, Iklim Investasi RI Stabil
Muhammad Fajar Hasan, pengusaha asal Sultra yang juga wakil bendahara umum ICMI Pusat.(dok.pribadi)

SEBENTAR lagi kita akan memasuki tahun politik 2023, kalender politik lima tahunan. Tahapan pemilu akan bergulir menuju pemilu nasional secara serentak tahun 2024. Dipastikan energi bangsa akan terkonsentrasi pada tahapan pemilu, baik sebagai partisipan pasif maupun sebagai kontestan masuk arena kompetisi sirkulasi kepemimpinan dan kekuasaan.

Menurut Muhammad Fajar Hasan dari sisi pengusaha, yang terpenting adalah keberlanjutan investasi khususnya di sektor minerba tetap stabil, tidak terganggu serta kebijakan nasional mengenai program hilirisasi pengelolaan sumber daya alam yang tidak terkoreksi.

“Menuju pemilu nasional secara serentak tahun 2024 mendatang yang terpenting untuk pengusaha keberlanjutan investasi khususnya di sektor minerba tetap stabil, tidak terganggu dan program hilirisai SDA tidak terkoreksi," kata Pengusaha Asal Sulawesi Tenggara saat kepada wartawan, di Jakarta, Kamis, (27/10).

Berdasarkan data yang dirilis  oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI bahwa capaian realisasi investasi pada Triwulan I (periode Januari – Maret) Tahun 2022 yaitu sebesar Rp. 282,4 triliun, lebih tinggi 28,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Capaian Triwulan I Tahun 2022 juga meningkat 16,9% dibandingkan Triwulan IV Tahun 2021. Capaian Triwulan I Tahun 2022 berkontribusi sebesar 23,5% dari target realisasi yang dicanangkan sebesar Rp. 1.200 Triliun.

“Tren positif ini  harus tetap dijaga bersama melalui stabilitas politik yang sejuk, hukum dan keamanan”, tutur Fajar.

Lebih lanjut Wakil Bendahara Umum ICMI Pusat mengatakan harapan para pengusaha di Indonesia Konstelasi politik kekuasaan tahun 2024 mendatang tidak mengoreksi iklim investasi di dalam negeri yang saat ini sudah berlangsung baik. Namun, justru dapat memberikan stimulus akan pergerakan atau percepatan investasi karena adanya jaminan stabilitas politik dalam negeri.

“Portofolio investasi dalam negeri trennya terus naik, pertanda pemodal dan pebisnis percaya dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia makin cerah dan menjanjikan," ungkap mantan Ketua Majelis Permusyawaran Mahasiswa Universitas Halu Oleo.

Ketua Harian Jaringan Indonesia Korwil Sultra juga mengatakan bahwa selain pertimbangan situasi politik dalam negeri, kita juga harus bersiap menghadapi gelombang resesi global sebagai akibat dari ketidakpastian geopolitik global yang dipicu oleh perang Russia-Ukraina yang belum berkesudahan.

“Kita berharap dampak dari perlambatan ekonomi global, tidak mempengaruhi iklim keberlanjutan investasi. Sekali lagi, situasi ini merupakan ujian bagi teman-teman pengusaha. Tetapi kami percaya bahwa pemerintah kita telah melakukan langkah-langkah proteksi ekonomi dalam negeri agar tidak terkoreksi oleh resesi global dan pengusaha akan berdiri bersama pemerintah menjaga stabilitas ekonomi agar tidak terguncang oleh resesil," tuturnya.

Komisaris Utama PT Tetap Merah Putih juga menyatakan bahwa dampak resesi tidak akan terasa di Indonesia khususnya pada sektor bisnis komoditas minerba, pasalnya  perdagangan komoditas minerba khususnya nikel dan batu bara tidak terkoneksi dengan epicentrum resesi yaitu Eropa dan Amerika.

“Untuk batu bara, kita lebih banyak ekspor ke Cina, India, Jepang dan beberapa negara Asean. Sementara untuk komoditas nikel, 10 tahun terakhir ini kita berhenti ekspor karena pengelolaannya di dalam negeri melalui kebijakan hilirisasi," ucapnya.

Pengurus Pusat Asosiasi Penambang Nikel Indonesia ini juga mengingatkan, mengantisipasi dampak resesi global, agar dunia usaha tetap fokus  pada core business masing-masing dan agak hati-hati, kalkulatif ketika melakukan ekspansi bisnis. Sementara perlu menghindari proyeksi bisnis spekulatif dan high risk, karena di depan mata pertumbuhan ekonomi masing-masing negara di dunia terkoreksi, secara otomatis akan mempengaruhi proyeksi investasi di negara mitra.

“Tetapi kita tidak perlu khawatir secara berlebihan karena fundamental ekonomi dalam negeri cukup kuat dan kinerja pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi makro dan mikro menggembirakan," pungkasnya. (OL-13)

Baca Juga: Harga Emas Naik Lagi 11,20 Dolar Imbas Melemahnya Dolar AS



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya