Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Perbankan tak Agresif Naikan Suku Bunga

M Ilham Ramadhan Avisena
22/9/2022 20:50
Perbankan tak Agresif Naikan Suku Bunga
Gubernur BI Perry Warjiyo(Antara)

GUBERNUR Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan, penaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% tidak akan serta merta diikuti oleh kenaikan suku bunga perbankan. Hal itu disebabkan oleh kondisi likuiditas yang masih cukup baik dan memadai di pasar.

"Kenaikan BI rate tentu saja pengaruhnya terhadap kenaikan suku bunga perbankan, tapi akan lebih lambat dari sebelum pandemi karena likuiditas saat ini sangat tinggi. Kami tenggarai elastisitasnya akan lebih rendah dibandingkan kondisi sebelum covid karena likuiditas yang longgar," jelasnya dalam konferensi pers, Kamis (22/9).

Berdasarkan data BI, pada Agustus 2022, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 26,52%. Sedangkan pertumbuhan kredit pada Agustus 2022 tercatat sebesar 10,62% (yoy), ditopang oleh peningkatan di seluruh jenis kredit dan pada mayoritas sektor ekonomi. 

Selain itu, pemulihan intermediasi juga terjadi pada perbankan syariah, dengan pertumbuhan pembiayaan sebesar 18,7% (yoy) pada Agustus 2022.

Adapun suku bunga perbankan masih dalam tren menurun. Di pasar dana, suku bunga deposito 1 bulan perbankan turun sebesar 44 bps menjadi 2,90% pada Agustus 2022 dari Agustus 2021. Di pasar kredit, suku bunga kredit menunjukkan penurunan 48 bps pada periode yang sama menjadi 8,94%.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti juga memastikan kondisi likuiditas pasar masih cukup baik, Dus, penaikan suku bunga acuan oleh BI tak akan langsung diikuti oleh suku bunga perbankan.

"Dari pantauan kami memang kondisi saat ini belum normal, likudiitas di market masih cukup ample. Pada Agustus lalu kita naikan bi rate 25 bps, tapi bunga di pasar masih menunjukkan tren penurunan, dana turun 44 bps menjadi 2,9% kredit turun 48 bps menjadi 8,94%," tuturnya.


Sementara itu, Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan, secara umum perbankan membutuhkan waktu penyesuaian suku bunga simpanan dan kredit dalam 3-6 bulan ke depan. 

Penyesuaian itu juga amat bergantung pada kualitas kredit di masing-masing bank sehingga tidak akan menimbulkan potensi kenaikan kredit macet (Non Perfoming Loan/NPL) ke depan.

Sedangkan dari sisi industri, lanjutnya, kondisi perbankan Indonesia saat ini cukup baik dengan tingkat pemodalan yang cukup kuat dan kondisi likuiditas yang terjaga dengan baik. Pertumbuhan kredit juga terus terakselerasi sejalan dengan pemulihan ekonomi.

Di sisi lain, kualitas aset juga terus membaik sejalan dengan pemulihan di berbagai sektor industri. Adanya potensi risiko inflasi dan kenaikan suku bunga juga sudah diperhitungkan oleh masing-masing bank dalam penyusunan stress test.

Lebih lanjut, Rudi memperkirakan pertumbuhan kredit untuk tahun ini masih akan kuat dan dapat mencapai 9,9% (yoy) di akhir tahun, sejalan momentum pemulihan ekonomi. "Berkaca pada hal tersebut, seiring dengan kondisi perekonomian domestik yang masih kuat kami optimis pertumbuhan kredit Bank Mandiri mampu mencapai target yang ditetapkan yakni sebesar 11%," pungkasnya. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya