Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Pelindo Benahi Pelabuhan Ambon

Mediaindonesia.com
30/7/2022 09:49
Pelindo Benahi Pelabuhan Ambon
Crane di Pelabuhan Yos Sudarso,Ambon(Antara/Izaac Mulyawan)

Biaya logistik di Indonesia masih yang tertinggi dibandingkan negara-negara pesaing utama di kawasan ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Hasil studi Bank Dunia yang dituangkan dalam laporan berjudul Conecting to Compete 2018 menunjukkan biaya logistik di Indonesia mencapai 23 %. 

Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, Arif Suhartono menyebutkan tidak semua beban biaya logistik ada di Pelindo, tapi juga di instansi lain. "Pasca merger, kita fokus pada pekerjaan rumah yang bisa diselesaikan Pelindo,” ujar Arif Suhartono.  

Dengan pertumbuhan tahunan sekitar lima persen, tahun ini Pelindo  punya target 17,3 juta TEUs. Target itu akan dicapai dengan penyeragaman proses bisnis, dan sistem teknologi informasi, serta peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia sebagai tindak lanjut dari proses merger.

Salah satu upaya perbaikan kinerja tersebut dilakukan di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon. “Mencari kontainer itu seperti mencari kutu di lapangan,” kata General Manager (GM) Pelindo Regional 4 Ambon, I Nengah Suryana Jendra menceritakan kondisi Pelabuhan Ambon pada masa-masa sebelum upaya transformasi dan merger pada 1 Oktober 2021.

Menurut Nengah Suryana, kondisi tersebut terjadi tidak hanya karena sistemnya yang masih manual, tapi juga kondisi lapangan yang semrawut. Dia menerangkan, kontainer atau peti kemas disusun berdasarkan Blok, Slot, Row, dan Tier. Pada awalnya, terminal peti kemas bercampur antara lokasi bongkar dan lokasi pemuatan. 

Driver truk kontainer butuh waktu cukup lama untuk menemukan peti kemas, baik untuk membongkar atau memuat barang,” katanya.

Karena itu, Pelindo memulai transformasi dengan menata terminal peti kemas. Diawali dengan membuat pemetaan, memisahkan blok bongkaran, blok muatan, dan membuat lokasi khusus untuk Cargo Consolidation and Distribution Center (CCDC). 

“Di lokasi inilah barang akan dibongkar dari peti kemas (stripping) dan dimuat ke dalam peti kemas (stuffing). Blok-bloknya jadi jelas,” ujar Nengah Suryana.

Pelindo Regional 4 kemudian mendatangkan peralatan baru untuk mempercepat proses bongkar muat. Untuk membongkar dari atau memuat barang ke barang di pelabuhan, Pelindo menggunakan dua container crane (CC). Alat bongkar muat di terminal peti kemas juga diganti dari Reach Stackers menjadi Rubber Tyred Gantry (RTG). Pelindo memiliki lima RTG di terminal peti kemas Ambon.

Penggunaan RTG, kata Nengah Suryana, bisa mempercepat proses bongkar muat karena bisa menyusun peti kemas sampai lima tumpukan. Sebelumnya, Reach Stackers hanya bisa menumpuk peti kemas maksimal sampai tiga tier. 

Jam operasional pun diubah mengikuti penambahan kapasitas lapangan peti kemas tersebut. Dulu, ujar Nengah Suryana, jam 10 malam pelabuhan sudah gelap. Sekarang, manajemen Pelindo Regional 4 Ambon menerapkan waktu operasi selama tujuh hari kali 24 jam, dengan sistem tiga shift. 

Proses bongkar muat di pelabuhan sama pentingnya dengan penataan lapangan peti kemas. Setelah proses transformasi, Pelabuhan Ambon sudah menerapkan Windows System untuk mengatur jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal agar tidak terjadi penumpukan kapal di pelabuhan.

Hasil proses transformasi ini adalah percepatan waktu sandar (port stay) dan kenaikan produktivitas. Waktu sandar yang semula tiga hari, sekarang bisa dipercepat menjadi satu hari. Produktivitas juga meningkat cukup signifikan. Proses bongkar muat di pelabuhan yang semula hanya 8-10 TEUs per crane per jam menjadi 20 TEUs.

Peningkatan kinerja ini dirasakan perusahaan pelayaran Meratus Line. Kepala Cabang Meratus Line Ambon, Samuel Jonathan mengatakan aktivitas bongkar muat sekarang sudah bisa 800-an boks sekali sandar dari sebelumnya hanya 400-500 boks. 

Meratus memiliki dua kapal yang melayani Ambon setiap dua minggu. Transformasi itu merupakan bagian dari rencana besar Pelindo untuk menjadi perusahaan pengelola pelabuhan berkelas internasional. 

Pada 2025, Pelindo menargetkan pengelolaan peti kemas di atas 20 juta TEUs. Pada 2019, Pelindo menangani 16,09 juta TEUS, namun sempat turun pada 2020 dan 2021 karena pandemi. Selama dua tahun pandemi, Pelindo menangani masing-masing 15,54 juta TEUs dan 16,04 juta TEUs.(RO/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya