Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

BI: Respons Kebijakan Suku Bunga hanya Apabila Ada Tekanan dari Inflasi Inti

Fetry Wuryasti
13/4/2022 14:33
BI: Respons Kebijakan Suku Bunga hanya Apabila Ada Tekanan dari Inflasi Inti
Logo Bank Indonesia yang terpasang di pagar.(MI/Susanto )

BANK Indonesia memperkirakan kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunganya sekitar 7 kali bahkan lebih tinggi lagi, dari perkiraan sebelumnya yang sebanyak 5 kali kenaikan. Hal ini karena kenaikan inflasi AS yang tembus 8,5%, sebagai akibat dari kenaikan harga pangan dan energi.

Namun untuk kebijakan suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) selalu didasarkan kepada perkiraan inflasi dan pertumbuhan ekonomi ke depan.

Baca juga: Presiden Tinjau Program Padat Karya di Cirebon

Sejauh ini Bank Indonesia masih memberikan assessment dan pernyataan kebijakan suku bunga akan dipertahankan 3,5% sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi.

"Yang direspons kebijakan suku bunga dari inflasi, yaitu kebijakan suku bunga moneter Bank Indonesia hanya merespon tekanan-tekanan inflasi yang bersifat fundamental," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) II Tahun 2022, Rabu (13/4).

Jadi tekanan-tekanan harga-harga pangan dan harga energi, tentu saja Bank Indonesia tidak akan merespons dampak pertamanya. Bank Indonesia akan merespon kepada rambatan, bila telah berdampak secara fundamental terhadap inflasi, yang indikatornya adalah inflasi inti.

"Pemerintah dan Bank Indonesia terus memantau tekanan-tekanan harga ke depan. Bagaimana nanti respons dari pasokannya, respon dari fiskalnya dan kami bisa menakar dampak dari inflasinya, dampak pertamanya berapa, kemudian dampak selanjutnya bagaimana, hingga perkiraan ke depan. Dari situ kami akan melakukan respon," kata Perry.

Dia menekankan, respons suku bunga tentu saja akan didahului dan kemungkinan juga bisa dilakukan bersama tergantung inflasi, dengan langkah-langkah pengurangan likuiditas atau normalisasi yang sudah Bank Indonesia lakukan dengan kenaikan giro wajib minimum (GWM).

"Kebijakan moneter dalam mengatasi kondisi eksternal ini yaitu pertama stabilisasi nilai tukar. Kedua, normalisasi likuiditas dan ketiga, sesuai dengan inflasi bagaimana menakar suku bunga, yang sejauh ini kami akan pertahankan 3,5% sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi ke depan," kata Perry. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya