Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Presidensi G20, Momentum BRIN Bentuk Platform Riset dan Inovasi Terbuka Tingkat Global

Faustinus Nua
13/4/2022 14:08
Presidensi G20, Momentum BRIN Bentuk Platform Riset dan Inovasi Terbuka Tingkat Global
Logo Presidensi G20 Indonesia 2022 terpajang di Bundaran HI, Jakarta.(ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan )

BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung perhelatan Presidensi G20 Indonesia. BRIN memanfaatkan momentum tersebut untuk membentuk platform riset dan inovasi di tingkat global dengan menggalang dukungan anggota G20.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menyampaikan bahwa pihaknya akan menyelenggarakan Research and Innovation Initiative Gathering (RIIG). Hal itu sebagai side event untuk meningkatkan, mengintensifkan, serta memperkuat kolaborasi riset dan inovasi dengan berbagi sarana, prasarana, dan pendanaan di antara negara-negara anggota G20. 

Baca juga: Produksi Minyak Rusia Merosot, Harga Minyak Dunia Kembali Melambung 

Terdapat dua prioritas agenda utama dalam RIIG yang akan diselenggarakan BRIN. Pertama, meningkatkan kolaborasi riset dan inovasi melalui sharing fasilitasi, infrastruktur dan pendanaan. Kedua, penggunaan biodiversitas untuk mendukung Green & Blue Economy. 

Latar belakang mengenai pemilihan dua prioritas tema pada RIIG, yaitu adanya keinginan untuk membentuk open platform yang bisa menjadi bridging antar anggota G20 sekaligus mencapai pemahaman bersama yang dapat mewujudkan tujuan bermanfaat pada dunia riset dan inovasi. Dan Indonesia berinisiatif melanjutkan RIIG yang telah diinisiasi oleh negara Italia pada G20 sebelumnya.

“Pada G20 kali ini, RIIG akan difokuskan pada kesadaran dan membuat kesepakatan bagaimana kita berkolaborasi memanfaatkan biodiversitas berbasis pada kolaborasi riset, sharing infrastruktur, dan pendanaan secara sederajat,” kata Handoko dalam keterangannya, Rabu (13/4).

Menurutnya, berdasarkan pengalaman pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir tiga tahun belakangan ini, kolaborasi riset biodiversitas dan pemanfaatannya memegang peranan yang sangat penting. “Kenyataannya, selama ini biodiversitas masih dikelola sendiri oleh masing-masing pihak,” ungkapnya.

“Kehadiran BRIN dengan sumber daya yang ada mampu merepresentasikan Indonesia dalam pemanfaatan biodiversitas secara sederajat dengan negara lain,” tambah Handoko.

Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN sekaligus Co-Chair RIIG, Ocky Karna Radjasa mengatakan, keanekaragaman hayati merupakan isu yang sangat penting. Disebutkannya, beberapa pemerintahan di dunia sendiri telah mengadopsi mix digital green & blue economy.

“Maka dari itu, pemanfaatan biodiversitas untuk mendukung green & blue economy juga perlu dikaitkan dengan pendekatan platformdigital agar memaksimalkan hasil yang dicapai,” terangnya. “Selain itu diperlukan pula capacity building untuk meningkatkan kemampuan peneliti sehingga bisa mewujudkan adanya Research Station yang mengarah pada Research Framework Knowledge Sharing and Technology Transfer,” sambungnya.

Oleh karena itu, Ocky menegaskan bahwa dibutuhkan suatu kerangka kerja untuk berkolaborasi diantara negara-negara G20. “Hal ini penting karena ada circle yang harus dikoordinasikan. Ketika bicara mengenai pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan, kita harus memikirkan bagaimana kita menjaganya bukan hanya untuk masa depan, tapi untuk planet kita. Karena itu, kita butuh pendekatan green & blue economy,” imbuhnya. 

Selain kedua agenda prioritas tersebut, dengan mempertimbangkan tanggapan, masukan, dan kepentingan, pada pertemuan sebelumnya (RIIG preliminary meeting), negara-negara anggota G20 mengusulkan beberapa poin untuk dibahas dalam rangkaian RIIG berikutnya pada tahun 2022.

Pertama, mengusulkan kerangka kerja yang spesifik, praktis, dan layak untuk berbagi fasilitas, pendanaan, data, dan infrastruktur antar negara G20, dengan mempertimbangkan isu keamanan data. Indonesia dalam hal ini akan memberikan konsep open platform yang lebih rinci untuk dibahas dalam pertemuan RIIG berikutnya. Kedua, mengidentifikasi keterlibatan saat ini dalam bidang ilmu kelautan, apakah proposal RIIG mengikat kolaborasi tersebut atau justru dapat mengisi celah yang belum dipenuhi oleh kolaborasi yang sudah ada. Ketiga, mempertajam fokus pada energi terbarukan dan menawarkan upaya yang lebih terarah pada sumber energi terbarukan tertentu. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya