Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Iwan Dentol, Pemuda Bugis yang Berguru ke Karaeng

Mediaindonesia.com
21/3/2022 17:30
Iwan Dentol, Pemuda Bugis yang Berguru ke Karaeng
Muhammad Ikhwan alias Iwan Dento.(DOK KEMENTAN)

PAGI itu udara dingin terasa kencang. Suasana desa pun masih gelap. Namun Muhammad Ikhwan alias Iwan Dento sudah bangun kala shalawat tarhim berkumandang. Segeralah dia menuju masjid yang tak jauh dari rumahnya.

Seusai salat, Iwan bergegas menuju kawasan Taman Nasional Geopark Karst Rammang-rammang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Aktivitas pagi sampai malam hari ini memang biasa dia lakukan sejak 2007. Secara konsisten Iwan menjaga alam Rammang dari ancaman perusakan lingkungan. Bahkan dia pernah menentang masuknya investor yang ingin mengambil batuan granit untuk kepentingan bisnis. Iwan melawan dan berhasil mengusirnya.

Di balik keberaniannya sebagai aktivis lingkungan, Iwan adalah pria yang kagum terhadap tokoh Bugis bernama Syahrul Yasin Limpo (SYL). Baginya, mantan gubernur 2 periode yang kini jadi Menteri Pertanian itu adalah guru, orangtua sekaligus mentor terbaik yang mengajari pentingnya menjaga alam semesta. Terlebih, Iwan, semasa kuliahnya dulu di Kampus UIN Alauddin, cukup sering bergelut di lingkungan outdoor.

"Karena itu saya panggil Pak Syahrul dengan sebutan Karaeng atau darah birunya orang Bugis yang disegani semua orang," katanya.

Iwan mengatakan, kekagumannya terhadap Syahrul dimulai sejak 2015 kala festival pulmon dimulai. Saat itu, Karaeng yang masih menjabat sebagai Gubernur memberi perhatian khusus terhadap kondisi alam dan budaya Bugis. Baginya, perhatian semacam itu sangat jarang diberikan pemerintah karena kebanyakan pejabat sibuk meladeni dirinya sendiri dan abai terhadap kepentingan orang banyak.

"Kehadiran Karaeng adalah respons yang sangat pas karena beliau muncul di waktu yang tepat, sehingga waktu itu melahirkan destinasi wisata di Sulsel," katanya.

Di mata Iwan, Karaeng adalah tipikal pemimpin yang jarang menggunakan pendekatan teori dalam setiap interaksi. Karaeng selalu memilih cara-cara lapangan untuk melahirkan solusi. Menemui petani misalnya, adalah gaya dan cara karaeng dalam mempertimbangkan  kebijakan.

"Dia lebih banyak mendengar apa yang rakyat keluhkan. Dan cara-cara seperti itu menurut saya tidak banyak dimiliki pemimpin lain," katanya.

Ngomongin sektor pertanian, Iwan bersama komunitas Anak Sungai Rammang Rammang mengaku sedang aktif dalam kegiatan pembuatan pupuk organik dan penanaman komoditas buah dan sayur. Dia ingin tempat tinggalnya menjadi daya tarik orang karena menghasilkan komoditas pertanian berkualitas.

"Makanya kami fokus pada pengendalian sampah dan pengembangan pupuk organik. Kemudian kami juga fokus pada pembebasan tanah dari bahan kimia dan pestisida. Saya kira ini penting sekali untuk masa depan pertanian kita," katanya.

Iwan Dento lahir di Maros pada 10 Oktober 1980. Sejak dulu Iwan mengaku sudah tertarik pada kegiatan alam. Naik Gunung adalah salah satunya. Dari sana, dia mulai belajar betapa pentingnya kehadiran alam bagi kehidupan manusia. Karena itu dia konsisten menjaga Rammang dari ancaman marabahaya pebisnis rakus yang ingin mengeruk kekayaan alam.

"Saat ini saya lagi berusaha memperbanyak aksi atau corong dengan hadir di ruang ruang publik dan kehadiran pak SYL menurut saya adalah sebuah corong besar yang harus kita apresiasi," tutupnya. (RO/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya