Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Dampak Konflik Rusia-Ukraina, Perlambatan Ekonomi Tiongkok Berlanjut

Fetry Wuryasti
07/3/2022 10:27
Dampak Konflik Rusia-Ukraina, Perlambatan Ekonomi Tiongkok Berlanjut
Aktivitas industri di sebuah pabrik baja yang berada di Nantong, Provinsi Jiangsu, wilayah timur Tiongkok.(AFP)

PEMERINTAH Tiongkok berjanji untuk memberikan lebih banyak stimulus. Namun kali ini berbeda karena Tiongkok sudah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 5,5% di tengah ketidakpastian geopolitik.

Ini merupakan target pertumbuhan perekonomian Tiongkok yang terendah dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, namun masih berada di atas proyeksi konsensus sekitar 5% dan masih jauh lebih tinggi dari proyeksi dari IMF yang hanya berada di 4,8%.

Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang bersumpah pada acara National People’s Congress untuk mengimplementasikan setiap kebijakan moneter dan akan mencoba untuk menstabilkan harga perumahan.

Menurunnya pasar properti di Tiongkok dan wabah Covid-19 yang tidak kunjung berhenti menjadi salah satu hambatan terbesar. Pertumbuhan ekonomi di sana terus mengalami perlambatan bahkan hingga 4% pada kuartal IV 2021.

Baca juga: PLN Operasikan Jaringan Transmisi Senilai Rp120 M di Sumbar

"Kemungkinan besar perlambatan akan berlanjut karena tekanan kembali meningkat akibat geopolitik antara Ukraina dengan Rusia, yang mendorong goncangan terhadap pasar keuangan dan mendorong harga komoditas mengalami kenaikan," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Senin (7/3).

Saat ini merupakan tugas yang sangat penting bagi Presiden Xi Jinping untuk menopang pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang terus mengalami perlambatan

. Apalagi Presiden Xi akan mencoba untuk menjadi Presiden seumur hidup pada akhir tahun ini pada pertemuan kunci partai nanti.

Para pejabat sudah mulai gelisah dan menyoroti perlambatan ekonomi sebagai prioritas utama dan mendorong stabilitas ekonomi. Mereka akan menilai secara komprehensif situasi di dalam dan di luar negeri serta risiko dan tantangan yang akan dihadapi Tiongkok dalam melakukan pembangunan dan pemulihan ekonomi.

Pengeluaran fiskal sejauh ini sudah naik 8,4% pada tahun 2022, termasuk 7% untuk anggaran pertahanan Tiongkok.

"Sejauh ini kalau kita bicara National People’s Congress, terlihat bahwa di tahun ini untuk target pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dari tahun 2021 yang berada di 6%, menjadi 5,5% pada tahun 2022. Untuk inflasi masih sama antara tahun 2021 dan 2022 yaitu 3%. Defisit fiskal menurun dibandingkan tahun 2021 yang berada di 3,2% menjadi 2,8% pada tahun 2022. Penerbitan obligasi daerah masih sama sekitar 3,65 triliun yuan," kata Nico.

Untuk penciptaan lapangan kerja perkotaan yang baru juga sama antara tahun 2021 dan 2022 yaitu 11 juta lapangan pekerjaan baru. Untuk target tingkat pengangguran, untuk tahun 2021 berada di kisaran 5,5% dan untuk tahun 2022 ditargetkan akan berada di bawah 5,5%.

Oleh karena itu meski target pertumbuhan tahun ini terendah dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, namun merupakan target yang agresif di tengah situasi dan kondisi yang memang begitu banyak ketidakpastian bagi Tiongkok khususnya.

Tiongkok juga tidak tinggal diam melihat pertumbuhan ekonominya terus menurun. Mereka tahu bahwa apabila tidak melakukan sesuatu, sama saja dengan tidak berusaha.

"Kami melihat perang antara Ukraina dengan Rusia telah memberikan risiko eksternal dari luar yang baru, khususnya ketahanan pangan dan energi. Menurut kami solusi tidak hanya bisa selesai hanya dengan menurunkan tingkat suku bunga atau giro wajib minimum perbankan, tetapi harus ada tindakan yang lebih nyata dan bauran kebijakan dari moneter dan fiskal untuk dapat mengatasi permasalahan," kata Nico.

Risiko perbedaan tingkat suku bunga antara Tiongkok dengan Amerika juga tidak akan berhenti sampai di situ karena akan mempengaruhi stabilitas dari sisi kebijakan dan pasar keuangan. Sejauh ini, langkah Tiongkok mulai terlihat jauh lebih baik dalam menanggapi tantangan dari eksternal yang telah meningkat signifikan dibandingkan sebelumnya.

Tiongkok juga bukan lagi terfokus terhadap pertumbuhan namun terhadap stabilitas pertumbuhan ekonomi. Namun bagaimana mereka mampu atau tidak, berhasil atau tidak untuk memenuhi target pertumbuhannya tergantung dengan seberapa besar pengorbanan untuk menopang pertumbuhannya, khususnya untuk menstabilkan pasar properti yang mereka miliki.

Saat ini tidak hanya pemerintah Tiongkok yang bergerak, namun juga mengupayakan seluruh daerah untuk ikut bergerak dalam menjalankan kebijakan. Dukungan fiskal akan tetap kuat pada tahun ini meskipun defisit anggaran tidak membesar.

Tiongkok juga berkomitmen mengendalikan tingkat utang secara keseluruhan dalam perekonomian khususnya bagi pemerintah daerah yang ingin menerbitkan obligasi. Pemerintah juga akan menyiapkan dana untuk memastikan stabilitas keuangan dan mencegah risiko sistemik.

"Kami ingin melihat komitmen para yang berkepentingan dalam menopang pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Bank Sentral Tiongkok juga berjanji untuk menjaga kebijakan untuk tetap fleksibel dan responsif terhadap perubahan kondisi ekonomi. Mereka sendiri baru kali ini menetapkan target pertumbuhan ekonomi di bawah 6% sejak tahun 1991 silam," kata Nico. (Try/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya