Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Konflik Rusia-Ukraina Bikin Harga Emas Global Meroket

Insi Nantika Jelita
28/2/2022 14:39
Konflik Rusia-Ukraina Bikin Harga Emas Global Meroket
Ilustrasi - Emas batangan atau gold casting bar yang diimpor PT Antam.(ANTARA/Shutterstock/aa.)

Krisis di Ukraina mendorong harga emas global ke puncak tertinggi selama satu tahun. Bank seperti Goldman Sachs melihat emas menetapkan level tertinggi baru karena menjadi mata uang pilihan terakhir di saat inflasi tinggi dan ketidakpastian global.

Benchmark emas berjangka New York memuncak pada $1.977 per ounce selama penerbangan ke aset safe-haven, naik lebih dari 2% dalam waktu kurang dari sehari. Pada akhir minggu perdagangan sempat turun menjadi $1.889 per ounce.

Persepsi investor menilai sanksi yang dikenakan pada Rusia oleh Amerika Serikat dan lainnya tidak akan memukul ekonomi global sekeras yang ditakuti banyak pihak.

Harga emas diperkirakan masih naik 6% dari bulan lalu dan tetap mendekati level tertinggi sejak Januari 2021.

Itu bertentangan dengan latar belakang dolar AS yang telah menguat selama sembilan bulan terakhir dan melonjak lebih jauh selama perdagangan ke safe haven pada minggu lalu.

"Ketidakpastian tentang bagaimana situasi geopolitik saat ini menentukan harga emas sekarang," kata Masayo Kondo, presiden Intelijen Komoditas Tokyo.

Harga emas dalam denominasi yen Jepang pekan lalu mencapai rekor tertinggi 7.166 yen per gram. Emas berdenominasi rupee India sekitar 4.699 rupee per gram, tertinggi sejak Agustus 2020.

"Adalah realistis bahwa harga bisa melonjak melewati $2.000 tergantung pada ketegangan Ukraina," kata analis pasar emas Koichiro Kamei di Institut Strategi Pasar Tokyo.

TD Securities dari A.S. menjelaskan bahwa beberapa lonjakan harga emas terjadi segera setelah aksi militer Rusia ke Ukraina yang menyebabkan kekhawatiran yang lebih luas tentang pasokan komoditas.

“Kekhawatiran signifikan muncul atas gangguan pasokan dari salah satu produsen komoditas kelas berat dunia, mengingat Rusia memegang posisi kuat sebagai produsen paladium, platinum, emas, minyak, gas, nikel, aluminium, batu bara, bahkan tembaga,” kata Rich Kelly, kepala strategi global di TD Securities dalam sebuah catatan penelitian. (Nikkei Asia/OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya