Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Tingginya konsumsi minyak dari dalam negeri yang tidak disertai dengan kenaikan volume produksi, memicu adanya potensi kenaikan impor sawit mentah hingga pertengahan tahun ini.
Penurunan dari produksi terjadi seiringan dengan adanya pemangkasan biaya pupuk selama 1,5 tahun terakhir disertai dengan faktor cuaca yang belum mendukung.
Berdasarkan data historis, rendahnya harga sawit pada 2018 hingga 2019 membuat petani memotong biaya pupuk selama 1,5 tahun, sehingga volume produksi pada tahun 2021 hingga 2922 diproyeksikan akan turun seiring dengan kematangan pohon.
Produksi CPO hingga Oktober 2021 mencapai 38,89 juta ton atau susut 287 ribu ton dari capaian Oktober 2020. GAPKI memprediksi volume produksi sawit sepanjang 2021 akan turun satu digit secara tahunan.
Adapun, total produksi CPO pada 2020 mencapai 47,03 juta ton. Selain itu, industri pengolahan CPO domestik akan mendapat tambahan bahan baku dari sebagian alokasi ekspor pada tahun ini.
India diproyeksikan akan mengurangi konsumsi CPO pada 2022 lantaran harga minyak nabati dari jenis lainnya juga tinggi. Pelaku industri India cenderung akan memilih produk dengan harga paling mahal.
Pelaku industri India diproyeksikan juga akan menambah konsumsi minyak kedelai pada 2022. Hingga Oktober 2021, volume ekspor ke India telah turun 25,8% YoY atau lebih rendah 1,14 juta ton menjadi 3,29 juta ton.
Adapun, total volume ekspor CPO dan olahan CPO hingga Oktober 2021 naik 7,17% YoY menjadi 24,09. Utilisasi industri pengolah CPO domestik diproyeksikan akan mencapai level 90% akibat pengalihan dari ekspor ke India.
Pada saat yang sama, kebutuhan industri pengolah dalam negeri akan naik dari posisi 2021 sebanyak 49 juta ton. Saat ini, kapasitas terpasang industri pengolah CPO adalah sekitar 55 juta ton.
"Walau demikian, kami melihat industri pengolah CPO akan menahan investasi penambahan kapasitas terpasang. Sehingga kami memperkirakan harga CPO akan bergerak naik tahun ini seiring dengan adanya dua faktor," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Nico Demus, Rabu (19/1).
Pertama, tercapainya target produksi CPO pada semester I-2022 ditambah permintaan pasar global yang membaik. Kedua, kinerja produksi dan menanjaknya harga minyak kedelai di Amerika Selatan juga akan berdampak pada pertumbuhan harga sawit.
Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan ada kemungkinan panen kedelai di Amerika Selatan gagal karena teriknya cuaca di sana.
"Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan ditradingkan pada 6.530 – 6.660. Inflasi, dan tingkat suku bunga The Fed serta kenaikkan imbal hasil US Treasury masih akan membuat pelaku pasar dan investor berspekulasi. Tingginya volatilitas, mungkin akan membuat IHSG kian menarik," kata Nico. (OL-12)
MASA depan industri sawit Indonesia sungguh tragis.
Menteri Luar Negeri Belanda, Stef Blok, menyatakan pihaknya tidak mendukung sikap Uni Eropa yang melarang impor produk minyak kelapa sawit (CPO), termasuk dari Indonesia.
PEMERINTAH Belanda tidak mendukung langkah Uni Eropa melarang impor produk minyak kelapa sawit mentah (CPO) Indonesia ke Eropa.
Impor minyak sawit mentah akan secara efektif menarik pajak 35,75% dibandingkan sebelumnya 30,25%.
Sekretaris Jenderal Gapki Eddy Martono mengatakan Indonesia siap memberi tambahan pasokan kepada Tiongkok.
Kebijakan dunia di bidang energi yang hanya megizinkan bahan bakar ramah lingkungan harus direspons cepat agar Indonesia tidak tertinggal dan kalah bersaing dengan negara lainnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved