Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Ekonomi Triwulan III Diprediksi Tumbuh 4,1%

M. Ilham Ramadhan Avisena
02/11/2021 16:37
Ekonomi Triwulan III Diprediksi Tumbuh 4,1%
Foto udara permukiman dan kawasan pesisir di Jakarta(ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

LEMBAGA Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III 2021 di angka 4,1%. Laju perekonomian itu melambat bila dibanding triwulan II yang mencapai 7,07% lantaran merebaknya varian delta covid-19 di Juli hingga Agustus.

"Kita mengestimasi Indonesia akan tumbuh di range 3,9%-4,3%, dengan midpoint 4,1%. Ini didorong oleh munculnya varian delta," ujar Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam konferensi pers Indonesia Economic Outlook 2022, Selasa (2/11).

Dia bilang, varian delta covid-19 telah mengganggu pemulihan ekonomi yang sejatinya tengah terjadi di Indonesia. Karena varian tersebut Indonesia dinilai sukar untuk kembali menikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Pasalnya, karena varian delta pemerintah harus mengambil kebijakan untuk membatasi mobilitas masyarakat secara ketat. Hal itu menyebabkan tersendatnya aktivitas perekonomian dan berdampak pada laju pertumbuhan yang lambat.

Padahal mulanya optimisme mewarnai perekonomian Indonesia di awal 2021. Namun karena varian delta, kata Teuku, akhirnya dilakukan beberapa koreksi perkiraan pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Menkes Cari Alternatif Vaksinasi Anak Usia 6 Tahun

LPEM, sebutnya, memperkirakan ekonomi Indonesia di 2021 akan tumbuh di angka 3,8%, lebih rendah dari yang diproyeksikan pemerintah, yakni 4,5%. "Triwulan IV itu room shock masih banyak. Di triwulan IV kita menghitung juga potensi lonjakan kasus, sehingga kita tidak menaruh angka pertumbuhan yang cukup tinggi," imbuh Teuku.

"Itu menghasilkan keseluruhan tahun yang relatif lebih rendah ketimbang proyeksi pemerintah," sambungnya.

Sementara itu, Kepala Kajian Makroekonomi dan Ekonomi Politik LPEM FEB UI Jahen Fachrul Rezki menuturkan, walau ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh melambat dibanding proyeksi awal, namun masih ada peluang yang dapat dioptimalisasi untuk mengejar pemulihan yang maksimal di 2022.

Syarat utama dan terpenting ialah adanya percepatan program vaksinasi guna memenuhi kebutuhan herd immunity (kekebalan komunal) sesuai yang telah ditargetkan. Bila itu berhasil dicapai di akhir 2021 atau awal 2022, ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh tinggi kembali ke level sebelum pandemi.

"Kami optimistik ketika program vaksin itu bisa optimal dan berjalan baik, kemungkinan kita bisa mencapai pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,1% sampai 5,4% (di 2022)," ujar Jahen.

Namun di saat yang sama, pemerintah Indonesia juga diharapkan tak serta merta menghentikan pemberian stimulus. Sebab, penghentian stimulus justru akan memperlambat pemulihan ekonomi. Karenanya, pengambil kebijakan diminta cermat dalam membaca situasi ke depan.

"Kita perlu memastikan persoalan covid tidak terjadi (lagi) dan pemerintah perlu berhati-hati ketika melakukan kebijakan relaksasi. Kebanyakan negara Uni Eropa mulai mengurangi stimulus, padahal dampak pemulihan itu semu," tutur Jahen.

"Jadi pemerintah perlu berhati-hati dalam merelaksasi, karena ketika kebijakan kontradiksi dari pemerintah dilakukan secara terburu-buru itu akan berdampak pada ekonomi secara keseluruhan," pungkasnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya