Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
PT Idea Indonesia Akademi Tbk, perusahaan dengan kode saham IDEA melakukan IPO (initial public offering) atau penawaran umum perdana kepemilikan saham pada 2-7 September 2021. Saham perdana ditawarkan dengan harga Rp140 per saham dengan total dana yang diraup sebesar Rp29,7 miliar.
Untuk mencapai ke titik itu, jelas bukan pekerjaan mudah. Jatuh bangun dan jalan berliku telah dialami Eko Desriyanto, Direktur Utama Idea Indonesia Akademi, yang juga perintis perusahaan. Bermodal pengalaman pernah ditipu mitranya sendiri, Eko mendirikan IDeA Indonesia di Lampung. Perusahaan ini dia rintis dari lembaga kursus dan pelatihan (LKP) kecil pada 2009. "IDeA Indonesia saya dirikan utk mewujudkan gagasan pendidikan vokasi ideal bagi Indonesia, yang tidak hanya mendidik dan melatih, tetapi juga membantu penyaluran kerja," kata peraih gelar S1 Hukum Perdata Islam UIN Yogyakarta tersebut dalam keterangan resmi, Selasa (14/9).
Waktu mendirikan perusahaan, Eko nyaris tidak memiliki modal. Bahkan untuk gedung, dia menempati bangunan tua bekas sekolah yang sudah tidak beroperasi. "Saya tidak memiliki modal, kecuali untuk biaya pengecatan ulang gedung, mencetak brosur, dan biaya operasional tiga karyawan," ujarnya. Modal pertama sebesar Rp30 juta dia dapatkan dari pinjaman seorang teman. Sedangkan untuk tenaga pendidik, dia dibantu beberapa teman dan praktisi industri yang mengajar secara paruh waktu di Idea Indonesia. "Kegiatan rekrutmen calon siswa dilakuan secara door to door ke sekolah-sekolah. Hasilnya selama 9 bulan sosialisasi, hanya 14 siswa yang berhasil direkrut menjadi peserta pelatihan," kisah lulusan pondok pesantren Riyadhatul Ulum, Lampung Timur, itu.
Pria yang diangkat menjadi Presiden Direktur PT Idea Indonesia Akademi Tbk pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Februari 2021 tersebut banyak menghadapi kendala saat merintis, mulai dari kondisi gedung yang kurang layak hingga penolakan dari pihak sekolah untuk presentasi. "Masyarakat masih menganggap karier di industri hospitality tidak memiliki masa depan jelas," kata mantan Sekretaris Umum Pengurus Pusat Komunitas TDA ini. Untuk meyakinkan calon siswa, Eko menghadirkan praktisi untuk menyampaikan kisah sukses bekerja di hotel, restoran, dan kapal pesiar. "Seiring dengan itu kami mengedukasi masyarakat, calon siswa dan pihak sekolah tentang karier dan profesi yg dibutuhkan dalam operasional hotel, seperti resepsionis, room attendant, chef, barista, waiter, sales marketing, IT, dan human resources. Selain itu, kami konsisten membantu seluruh alumni Idea sampai penempatan kerja," ungkapnya.
Peluang karier di industri hospitality sangat terbuka luas, tetapi masih sedikit pendidikan vokasi yang menyediakan SDM ideal untuk industri ini. Inilah peluang yang ditangkap oleh Eko. "Kami membuat pendidikan vokasi yang menitikberatkan pada pendidikan karakter peserta didik, meningkatkan dan menyertifikasi kompetensi, hingga memfasilitasi penempatan kerja atau berwirausaha," paparnya. Sampai 2009 banyak lembaga kursus, pelatihan, diploma, bahkan politeknik, hanya melatih sampai memberi sertifikat atau ijazah. Belum terlihat usaha yang komprehensif untuk membuat seluruh lulusannya berkarakter kuat dan membantu mereka mendapat pekerjaan atau berwirausaha.
"Pengalaman pribadi saya, lulus sebagai wisudawan S1 terbaik dengan IPK tertinggi se-fakultas tidak serta merta mudah dapat kerja. Setelah wisuda, kampus umumnya hanya berfungsi sebagai tempat legalisasi ijazah," katanya. Idea Indonesia yang dirintis Eko tak ubahnya sebagai gagasan baru tentang pendidikan vokasi ideal dan berkualitas yang menjawab persoalan SDM industri hospitality. Menurut Eko, kesuksesan Idea Indonesia banyak dipengaruhi sistem pendidikan yang mampu melahirkan lulusan hospitality yang berkualitas tinggi.
Selama memimpin Idea, Eko merasakan kemajuan pada tiga aspek kehidupannya, yaitu personal, profesional, dan finansial. Eko banyak belajar menjadi pribadi yang lebih baik, lebih stabil, dan lebih bijak. Sebagai leader sekaligus pendidik, menurut Eko, aspek kepribadian, perilaku dan keputusan-keputusan yang dibuat menjadi benchmark, bukan saja bagi tim tetapi juga bagi peserta pelatihan. "Ini tanggung jawab moral. Jika mereka mendapatkan role model yang baik, saya percaya mereka akan menjadi pribadi baik juga. Cita-cita turut melahirkan generasi sukses muda mulia ini, mendorong saya belajar lebih baik dan mempertahankan diri dalam kebaikan," tutur kelahiran 5 Desember 1982.
Sebagai CEO, Eko terus belajar banyak tentang strategic business plan, business administration, people management, sales and marketing, finance and accounting, networking, dan hal strategis lain dalam bisnis untuk meningkatkan professionalism growth. Finansial Eko pun tumbuh secara eksponensial, baik sebagai pribadi maupun sebagai founder perusahaan. "Teman-teman yang menyaksikan perjuangan saya menyebut ini sebagai 'pindah langit' karena kemajuan yang luar biasa," katanya. Dengan dukungan kepercayaan masyarakat yang semakin besar terhadap perusahaannya, IDeA Indonesia percaya diri mampu memenangkan kompetisi. "Kompetisi merupakan trigger positive untuk mendorong iklim innovasi yang lebih kreatif. Kami terbukti memiliki formula untuk konsisten tampil sebagai pemenang dalam berbagai persaingan," paparnya. Eko memberi contoh IDeA Indonesia mendapat penghargaan dari Menteri Pendidikan sebagai Lembaga Pendidikan Vokasi Bidang Hospitality Terbaik di Indonesia sejak 2019.
Contoh lain, IDEA telah terintegrasi dengan unit bisnis komersial berupa hotel bintang 3 yang dibangun dan dijalankan sendiri oleh perusahaannya. Hotel ini berfungsi sebagai teaching factory berstandar industri. "Selama pelatihan, seluruh peserta terlibat dalam operasional hotel yang peralatan dan sistemnya berstandar industri internasional. Dengan demikian, alumni IDEA lebih percaya diri, lebih kompeten, memiliki kepribadian, dan kinerja berstandar industri," kata Eko.
Dalam mengembangkan bisnis ke depan, Eko percaya bahwa kolaborasi menjadi kata kunci untuk terus tumbuh pada era digital. Ini terbukti dari kolaborasi yang dijalin dengan berbagai pihak menjadikan IDEA tidak hanya bertahan, tetapi justru memecahkan rekor pendaftar dan peserta terbanyak pada 2020 saat banyak sekali bisnis tumbang karena pandemi. Sejauh ini Idea Indonesia merupakan penyedia jasa pendidikan vokasi pertama di Indonesia yang berhasil IPO dan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Namun, yang lebih membanggakan Eko yaitu Idea telah membantu lebih dari 4.500 alumni untuk bekerja pada sektor pariwisata, hotel, kapal pesiar, restoran, dan ekonomi kreatif. "Artinya, ada lebih dari 4.500 keluarga yang merasakan manfaat keberadaan Idea," ulasnya. Ia memutuskan melakukan IPO dan melantai di BEI untuk mendorong IDEA berstandar perusahaan go public dan menjadi good governance corporation. "Dengan IPO, Idea Indonesia masuk dalam jajaran perusahaan yang lebih akuntabel dengan pengawasan Bursa dan OJK, sehingga kepercayaan publik dengan sendirinya akan meningkat," katanya.
Eko menggunakan modal segar dari IPO untuk mengembangkan platform hybrid learning, cabang, penambahan kapasitas asrama, penyertaan modal pada entitas anak, dan sisanya sebagai dana operasional. "Target bisnis tahun ini kami akan menyelesaikan platform digital hybrid learning dan membuka cabang bekerja sama dengan hotel-hotel mitra sebagai teaching factory. Saat ini MGM Horison Group telah menandatangani non-disclosure agreement menuju kerja sama teaching factory pada hotel-hotel di bawah manajemen Horison," paparnya.
Kerja sama ini menargetkan 20 cabang Idea yang akan dibuka bertahap dalam lima tahun ke depan. Idea menargetkan minimal 1.000 peserta pelatihan offline pada setiap cabang. Untuk platform hybrid learning, targetnya 10-15 ribu peserta pelatihan setiap tahun. (OL-14)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved