Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Ekspor Perkebunan Capai 564,6 Juta Ton

Mediaindonesia.com
23/8/2021 13:30
Ekspor Perkebunan Capai 564,6 Juta Ton
Presiden Joko Widodo.(DOK Ditjenbun.)

NILAI total ekspor dalam kegiatan yang bertajuk Merdeka Ekspor Pertanian pada 2021 mencapai Rp7,29 triliun. Ekspor pertanian tersebut akan dikirimkan ke sejumlah negara seperti Tiongkok, Amerika Serikat, India, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Inggris, Jerman, Rusia, Uni Emirat Arab, Pakistan, dan beberapa negara lain.

"Ekspor yang akan dilepas pada kesempatan ini sebesar 627,4 juta ton. Nilainya Rp7,29 triliun, meliputi komoditas yang pertama perkebunan 564,6 juta ton, tanaman pangan 4,3 juta ton, hortikultura 7,2 juta ton, peternakan 4,0 juta ton, dan beberapa komoditas lain," jelas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan resmi, Senin (23/8). 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkesempatan melepas ekspor komoditas pertanian secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. "Hari ini kita akan melakukan ekspor komoditas pertanian secara serentak dari 17 pintu ekspor melalui bandar udara dan pelabuhan laut di berbagai daerah di Indonesia sebagai momentum penguatan ekspor komoditas pertanian Indonesia dan menandai kebangkitan ekonomi nasional di tengah pandemi," ungkap Jokowi. 

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan dari hantaman pandemi covid-19, antara lain ditunjukkan dengan terus meningkatnya nilai ekspor pertanian pada dua tahun terakhir. Ekspor pertanian pada 2020 mencapai Rp451,8 triliun, naik 15,79% dibandingkan 2019 yang angkanya mencapai Rp390,16 triliun. "Pada semester I 2021 dari Januari sampai dengan Juni, ekspor mencapai Rp282,86 triliun, naik 14,05% dibandingkan periode yang sama di 2020 sebesar Rp202,05 triliun," tambah Presiden.

Peningkatan ekspor komoditas pertanian tersebut turut berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan nilai tukar petani yang terus membaik. "Pada Juni 2020 nilai tukar petani berada di angka 99,60, secara konsisten meningkat hingga Desember 2020 mencapai 103,25 dan Juni 2021 mencapai 103,59. Menurut saya ini kabar baik yang bisa memacu semangat petani-petani kita untuk tetap produktif di masa pandemi," jelasnya.

Terkait dengan ekspor beras yang mulai dilakukan antara lain ke Arab Saudi, Presiden meminta jajarannya agar melakukan kalkulasi secara cermat sehingga stok beras untuk kebutuhan dalam negeri bisa tetap diamankan.
"Kalau memang dihitung betul beras kita ini berlebih dan mampu ekspor, ya ekspor saja. Tetapi, sekali lagi, dikalkulasi, dihitung bahwa benar-benar stok yang ada itu cukup untuk kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu. Artinya, kebutuhan dalam negeri didahulukan, kalau hitung-hitungan ada sisa, silakan diekspor," ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut, Presiden juga meminta para kepala daerah untuk menggali potensi ekspor di daerahnya masing-masing. Presiden meminta agar komoditas-komoditas pertanian yang potensial untuk dikembangkan segera digarap. Tak hanya itu, Presiden meminta agar petani diperkuat dengan akses permodalan, inovasi teknologi, dan pendampingan.

"Saya sudah banyak berbicara dengan dirut-dirut perbankan agar pertanian mendapatkan perhatian khusus karena ini ada kesempatan, seperti tadi disampaikan oleh Menteri Pertanian mengenai porang. Ada pasar yang besar yang bisa kita masuki. Tetapi juga ekspornya jangan mentahan, apalagi masih dalam bentuk umbi-umbian. Ya paling tidak sudah dalam bentuk tercacah atau syukur bisa barang jadi atau beras porang yang sudah jadi. Target kita memang hilirisasi," paparnya.

Presiden Jokowi juga meminta agar para petani disambungkan dengan rantai pasok baik nasional maupun global. Dengan demikian, para petani dan pelaku-pelaku usaha pertanian dapat dengan mudah mengekspor produknya, sehingga bisa berkembang menjadi sentra-sentra produksi pertanian yang berorientasi ekspor. "Saat ini dari 514 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, baru 293 kabupaten/kota yang memiliki sentra komoditas pertanian unggulan ekspor, baik itu produk sawit, karet, kopi, dan beberapa komoditas lain yang diminati pasar global. Masih banyak komoditas yang sangat potensial untuk dikembangkan," jelas Presiden Jokowi.

Sejumlah komoditas pertanian lain yang masih memiliki potensi untuk diekspor antara lain sarang burung walet, porang, minyak atsiri, bunga melati, tanaman hias, edamame, serta produk holtikultura lain. "Kalau kita betul-betul memberikan perhatian, akan menjadi produk yang baik untuk kita ekspor. Juga produk olahan peternakan yang juga makin terbuka pasarnya," imbuh Jokowi.

Baca juga: Petani: Meski Dinamika Harga, Porang Saat Ini Menguntungkan

Namun, Presiden mengingatkan bahwa tidak cukup hanya fokus untuk meningkatkan produksi. Yang penting juga yaitu penguasaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas. "Melakukan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan menghitung skala ekonomi dengan klasterisasi, ini penting sekali, serta melakukan mekanisasi pengembangan produk dan juga promosi produk berbasis digital. Ini juga harus kita kembangkan agar produk-produk pertanian kita makin dikenal luas dan makin kompetitif," pungkasnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya