Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pasar Gim RI Terbesar di ASEAN, Kemenperin Dorong Ekosistem Terintegrasi

Insi Nantika Jelita
04/8/2021 13:12
Pasar Gim RI Terbesar di ASEAN, Kemenperin Dorong Ekosistem Terintegrasi
Game daring melesat saat pandemi .(Antara/Widodo S Jusuf )

KEMENTERIAN Perindustrian (Kemenperin) mendorong ekosistem industri gim yang baik melalui penguatan rantai nilai (value chain) dan terintegrasi. Indonesia sendiri disebut menjadi pasar industri gim terbesar di Asia Tenggara dan menduduki peringkat ke -17 dunia.

“Dengan memperhatikan rantai nilai industri, akan menghasilkan sebuah ekosistem yang terintegrasi dan menyeluruh,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier, dalam keterangannya, Rabu (4/8).

Baca juga: Plastik dari Kitosan dan Pati Umbi Ganyong Perpanjang Umur Simpan Buah

Taufiek meyakini dengan terbentuknya ekosistem industri konten yang baik, industri gim sebagai salah satu komponen pendukung di dalamnya juga akan turut tumbuh dan berkembang dengan baik. “Apalagi, ada beberapa potensi yang dimiliki oleh Indonesia,” ujarnya

Kemenperin menyebut, berdasarkan data yang dihimpun oleh Newzoo pada tahun 2016-2019, revenue atau pendapatan industri game di Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan. 

Pada 2019, Indonesia memperoleh pendapatan sebesar US$1,084 miliar dari industri gaming dan eSports.

“Dengan capaian tersebut, saat ini Indonesia merupakan pasar industri game terbesar di Asia Tenggara dan menduduki peringkat ke -17 dunia. Tercatat pula terdapat 52 juta penduduk Indonesia yang merupakan gamer,” ungkapnya.

Menurut Taufiek, dengan potensi pasar yang begitu besar di Indonesia, pihaknya mendorong para pengembang gim dalam negeri untuk mengoptimalkan peluang yang ada saat ini. 

“Sebab, pasar gim Indonesia baru dikuasai oleh industri lokal senilai 0,4% di 2020. Artinya, masih tinggi untuk peluang berusaha bagi para pengembang game dalam negeri,” kata Taufiek.

Dia menambahkan, pada 2016, perangkat yang paling digemari untuk memainkan game masih didominasi oleh komputer (baik desktop maupun laptop), namun tren tersebut semakin berubah pada saat ini.

Kemenperin mencatat, tren gamer di Indonesia yang menggunakan komputer sebagai perangkat permainannya mengalami penurunan, dari 39,2% tahun 2017 menjadi 35,4% pada 2018.

"Sedangkan, gamer yang menggunakan smartphone sebagai perangkatnya terus naik, dari 29,9% tahun 2017 menjadi 33,5% di 2018,” sebut Taufiek.

Menurutnya, angka tren untuk penggunaan smartphone tersebut diproyeksi akan terus meningkat. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Hootsuite (We Are Social) pada tahun 2019, sebanyak 85% dari pengguna smartphone memainkan game pada perangkat mereka.

“Saat ini di Indonesia sendiri, pangsa pasar smartphone berbasis Android masih mendominasi apabila dibandingkan dengan smartphone yang berbasis IoS," tandasnya. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya