Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

BPS: Program Vaksin Bikin Impor Jakarta Tumbuh Positif

Putri Anisa Yuliani
02/6/2021 20:14
BPS: Program Vaksin Bikin Impor Jakarta Tumbuh Positif
Ilustrasi(Antara)

TREN impor yang kembali tumbuh positif semakin mempertegas pemulihan ekonomi Jakarta. Ekspansi industri manufaktur dan membaiknya sisi permintaan, menjadi pemicu naiknya impor April 2021.

Pergerakan industri manufaktur yang didorong oleh kenaikan impor sejalan dengan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang kembali naik. Hal ini menunjukkan semakin tingginya optimisme pelaku industri manufaktur terhadap prospek perekonomian.

"Selain itu, gencarnya program vaksinasi di Indonesia dan negara-negara pemasok memperkuat optimisme impor. Impor April 2021 tercatat sebesar US$ 5.436,98 juta, naik tipis 0,03% dari bulan sebelumnya dan tumbuh 8,59% dibanding bulan yang sama tahun lalu," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta Buyung Airlangga, Rabu (2/6).

Meski perubahan impor ini terbilang tidak sebaik Maret 2021, namun tren impor berangsur naik hingga kembali mencapai lima miliar dolar Amerika seperti pada April 2020, sebelum impor Jakarta pertama kali turun tajam akibat pandemi covid-19. Struktur impor didominasi oleh Bahan Baku dan Penolong dengan andil 67,30%, turun tipis dari Maret 2021 sebesar 0,7 poin persentase. Sedangkan Barang Modal dan Barang Konsumsi masing-masing menyumbang 18,40% dan 14,30%.

Selain itu, komoditas non migas masih menjadi penyumbang utama impor Jakarta, yaitu sebesar 98,50%. Komoditas non migas naik 0,22%, sedangkan komoditas migas turun 10,66% dibanding bulan lalu. Kondisi ini mencerminkan semakin kencangnya pergerakan produksi di dalam negeri.

Ditinjau dari sepuluh komoditas utama, impor didominasi oleh Barang Modal dan Bahan Baku dan Penolong, seperti komoditas Mesin-mesin/Pesawat Mekanik, Mesin/ Peralatan Listrik, serta Plastik dan Barang dari Plastik. Secara month-to-month, tujuh dari sepuluh komoditas utama mengalami perubahan negatif, sehingga secara kumulatif nilai tersebut turun 1,29%. Akan tetapi, secara year-on-year impor ini tercatat lebih baik, yaitu naik 7,80%, dengan hanya dua dari sepuluh komoditas yang mengalami penurunan.

Baca juga : PMI Manufaktur Naik, Indikasi Pemulihan Ekonomi Menguat

"Selain itu, secara month-to-month impor mengalami kenaikan untuk komoditas non migas dan penurunan untuk komoditas migas, sedangkan secara year-on-year terjadi pola yang sebaliknya. Impor non migas tercatat mencapai US$ 5.355,19 juta, sedangkan migas sebesar US$ 81,79 juta," jelasnya.

Komoditas non migas untuk sektor industri pengolahan naik tipis dari bulan lalu, yaitu sebesar 0,85%. Lebih jauh lagi, kelompok komoditas tersebut jika berdasarkan BEC, juga didominasi oleh Barang Modal dan Bahan Baku dan Penolong dengan kontribusi masing-masing 19,62% dan 66,91%.

Struktur ini menunjukkan kondisi yang baik karena bahan Baku dan Penolong merupakan penggerak kegiatan produksi dan Barang Modal menggerakkan investasi. Sedangkan untuk sektor pertanian dan sektor pertambangan mengalami perubahan negatif dibanding bulan lalu, yaitu 11,58% dan 1,55%. Barang Konsumsi pada sektor pertanian naik 102,46%, sedangkan bahan Baku dan Penolong turun 34,43%.

Komoditas Migas berdasarkan BEC hanya ada pada kategori Bahan Baku dan Penolong. Penurunan pada komoditas ini merupakan sinyal positif bahwa adanya upaya pengurangan ketergantungan minyak dan hasil minyak dari luar negeri. Impor Barang Konsumsi April 2021 mencapai US$ 777,61 juta atau naik 17,42% dari bulan lalu. Kenaikan impor Barang Konsumsi selama dua bulan terakhir didorong adanya momentum persiapan ramadhan dan lebaran.

"Kenaikan pada kelompok kategori ini dapat menjadi penggerak sektor perdagangan. Komoditas Barang Konsumsi utama pada periode ini adalah Daging Hewan dan Buah-buahan yang naik hingga 45,08% dan 62,29%," papar Buyung.

Peningkatan konsumsi masyarakat juga merupakan sinyal munculnya optimisme dari sisi konsumen. Sepuluh negara yang termasuk dalam pemasok utama masih sama dengan periode sebelumnya, yaitu tiga teratas terdiri dari Tiongkok, Jepang, dan Thailand. Impor dari Tiongkok kembali mengalami perubahan positif dengan 21,74% dari yang sebelumnya turun 3,61% pada Maret 2021. Perubahan signifikan terjadi pada impor dari India untuk Barang Konsumsi yang naik hingga 73,66%. Komoditas Gula dan Kembang Gula serta Daging Hewan menjadi penyumbang impor utama dari India. (OL-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik