Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Duh, Impor Pakaian dari Tiongkok Bikin UKM Terpukul

Insi Nantika Jelita
22/4/2021 22:04
Duh, Impor Pakaian dari Tiongkok Bikin UKM Terpukul
Ilustrasi(Antara)

EKONOM Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengungkapkan, serbuan impor pakain jadi yang murah membuat Industri Kecil Menengah (IKM) nasional terpukul.

Dia menuturkan terjadi peningkatan tren impor yang signifikan dalam industri tekstil dan produk tekstil (TPT), terutama dari Tiongkok dan Thailand. Indef mencatat, Tiongkok menguasai 31,85% total ekspor TPT di dunia pada 2019 dengan nilai US$260 miliar.

"Serbuan impor ini tentu sangat mengganggu IKM kita. Kalau ini medapat gempuran dari impor, maka siapa yang akan beli produk IKM kita karena tergeser dengan barang impor," kata Enny dalam diskusi virtual, Kamis (22/4).

Menutnya, jika pasar IKM direbut oleh produk impor, maka ini dianggap boomerang atau serangan balik ke pemerintah dalam hal pemulihan ekonomi nasional.

Dalam paparan Enny terlihat sebanyak 407 ribu unit usaha garmen yang tergolong IKM dan dua juta tenaga kerja yang menggantungkan nasibnya pada industri garmen.

Menurutnya juga, dengan kebijakan impor pakaian jadi dapat sentimen buruk bagi investasi dan berdampak pada neraca perdagangan hingga melemahkan konsumsi.

Tercatat bahwa neraca perdagangan dilaporkan menuju arah defisit akibat pengaruh PDB TPT yang turun dari 34% sampai 23,8% selama beberapa tahun terakhir.

Indef juga mencatat meski pada 2020 terjadi surplus, yaitu ekspor tekstil senilai US$10,55 miliar dolar AS, sementara impor sebesar US$7,20 miliar, namun impor TPT tahun lalu paling banyak didominasi oleh kain lembaran.

"Sekarang penetrasi impor pakaian jadi luar biasa banyak, saya ngeri kalau ke Tanah Abang itu bajunya di sana memang murah sekali. Pemerintah perlu memberikan perlindungan pasar dalam negeri dari impor untuk jangka panjang," pungkasnya. (OL-8)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya