Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2021 mengalami surplus sebesar US$2,0 miliar. Surplus terjadi lantaran total nilai ekspor US$15,27 miliar, lebih tinggi dari total nilai impor US$13,26 miliar.
"Dengan memperhatikan pertumbuhannya, performa ekspor dan impor ini boleh dibilang bagus," ujar Kepala BPS Suhariyanto saat menyampaikan rilis, Senin (15/3).
BPS mencatat total nilai ekspor Indonesia yang sebesar US$15,27 miliar itu meningkat 8,56% dari Februari 2020 (year on year/yoy) yang hanya US$14,06 miliar. Peningkatan ekspor itu didukung tiga sektor utama seperti pertanian 3,16% (yoy), industri 9% (yoy), serta pertambangan dan lainnya 7,53% (yoy).
Sedangkan total nilai impor sebesar US$13,26 miliar pada Februari 2021 tumbuh 14,86%. Ini merupakan pertumbuhan tertinggi sejak Juni 2019. Secara tahunan, impor di sektor utama mengalami pertumbuhan positif, yakni impor konsumsi 43,59% (yoy), impor bahan baku atau penolong 11,53% (yoy), dan impor barang modal 17,68% (yoy).
"Tentu kami berharap bahwa peningkatan impor barang baku dan barang modal menunjukkan geliat industri dan investasi di Tanah Air mulai bergerak bagus. Kalau dibandingkan misalnya dengan angka PMI dari IHS Markit, pada dua bulan pertama di 2021 masih berada di level ekspansi. Jadi, performa ekspor dan impor menggembirakan,” terang Suhariyanto.
Indonesia, imbuh dia, memiliki surplus neraca dagang pada tiga negara yaitu Amerika Serikat sebesar US$1,2 miliar, Filipina US$450 juta, dan India US$341,1 juta. Sedangkan defisit terjadi antara Indonesia dengan Tiongkok sebesar US$968,5 juta, Australia US$391,2 juta, dan Brasil US$216,3 juta.
Secara kumulatif pada Januari hingga Februari 2021 neraca dagang Indonesia mengalami surplus sebesar US$3,96 miliar. Angka itu melampaui nilai surplus neraca dagang di periode sama di tahun lalu sebesar US$1,88 juta.
"Jadi performa ekspor kita sangat menjanjikan karena naiknya permintaan dari berbagai negara dan didukung oleh kenaikan berbagai harga komoditas. Tentu kami berharap performa ekspor ke depan makin bagus, impor bahan baku juga bergeliat, sehingga surplus kita ke depan juga semakin bagus,” kata Suhariyanto. (OL-14)
PADA April 2025, kinerja ekspor Indonesia mengalami penurunan cukup tajam secara bulanan (month to month), meskipun secara tahunan masih mencatatkan pertumbuhan.
SURPLUS perdagangan Indonesia April 2025 tercatat hanya sebesar US$160 juta, penurunan tajam dipicu lonjakan signifikan nilai impor nonmigas,
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
PRESIDEN RI Prabowo Subianto mengungkapkan besaran impor migas Indonesia bisa mencapai US$40 miliar per tahun.
Batas minimum tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 25% memberikan karpet merah bagi produk-produk impor.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memandang nilai perdagangan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) berpotensi menembus US$120 miliar.
Ketua Dewan Energi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pemerintah akan merevisi data angka kemiskinan nasional.
AWAL April 2025, Bank Dunia melalui Macro Poverty Outlook menyebutkan pada tahun 2024 lebih dari 60,3% penduduk Indonesia atau setara dengan 171,8 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan.
BANK Dunia resmi mengubah standar garis kemiskinan global dengan meninggalkan purchasing power parity (PPP) 2017 dan saat ini menggunakan PPP 2021.
DINAMIKA geopolitik global mewarnai beragam pemberitaan media arus utama atau media sosial kita.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi sebesar 0,37% pada Mei 2025. Angka ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di April 2025 yang mengalami inflasi 1,17%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved