Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
BADAN energi internasional (IEA) mengatakan emisi CO2 global telah kembali ke tingkat sebelum pandemi. Emisi naik 2% lebih tinggi pada Desember 2020 dibandingkan pada bulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini, kata mereka, didorong oleh pemulihan ekonomi dan kurangnya kebijakan energi bersih.
"Meningkatnya emisi karbon global menjelang akhir tahun lalu merupakan peringatan keras bahwa belum cukup banyak yang dilakukan untuk mempercepat transisi energi bersih di seluruh dunia," kata direktur eksekutif IEA Fatih Birol, dalam sebuah pernyataan, Selasa (2/3).
Setahun yang lalu, badan antarpemerintah meminta semua negara menempatkan energi bersih sebagai prioritas dalam rencana stimulus ekonomi, tapi seruan tersebut tampaknya tidak didengar oleh sebagian besar negara.
"Ini menunjukkan kami kembali ke bisnis intensif karbon seperti biasa," kata Birol.
Di Tiongkok, polusi karbon tahun lalu meningkat lebih dari setengah persen dibanduingn 2019, meskipun dilakukan lockdown secara ketat untuk menghentikan penyebaran virus. Tiongkok, yang menyumbang lebih dari seperempat CO2 global, adalah satu-satunya negara yang perekonomiannya tumbuh signifikan pada tahun lalu.
“Negara-negara lain juga sekarang melihat emisi naik di atas tingkat sebelum krisis covid,” demikian kata laporan itu.
Di India, emisi naik di atas level 2019 dari September karena aktivitas ekonomi meningkat dan pembatasan sosial mulai dilonggarkan.
Aktivitas lalu lintas di jalan raya di Brasil sejak Mei kembali menggeliat sehingga mendorong peningkatan penggunaan BBM, sementara peningkatan permintaan gas menjelang akhir 2020 mendorong emisi di atas level 2019 pada kuartal terakhir.
Di AS, emisi turun 10% pada tahun 2020, tetapi pada Desember mendekati tingkat dari tahun sebelumnya.
"Jika ekspektasi pemulihan ekonomi global tahun ini benar dan tidak adanya perubahan kebijakan utama di negara-negara ekonomi terbesar di dunia, emisi global kemungkinan akan meningkat pada tahun ini, " kata Birol.
Pada Mei nanti, IEA akan mempublikasikan peta jalan global pertamanya tentang bagaimana sektor energi dapat mencapai nol-bersih pada 2050. (AFP/M-4)
Studi Nature ungkap pemanasan global tingkatkan fotosintesis darat, tapi lemahkan produktivitas laut. Hal itu berdampak pada iklim dan rantai makanan global.
Komitmen terhadap pengelolaan lingkungan berkelanjutan harus ditegakkan secara konsisten demi menjawab ancaman serius akibat pemanasan global.
Riset terbaru mengungkap pemanasan global membuat ribuan meteorit tenggelam di bawah es Antartika setiap tahun.
Mencairnya gletser memuci letusan gunung api yang lebih sering dan eksplosof, yang memperparah krisis iklim.
Penelitian terbaru mengungkap hilangnya hutan tropis menyebabkan pemanasan global berkepanjangan setelah peristiwa Great Dying 252 juta tahun lalu.
Pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca meningkat, anggaran karbon Bumi diperkirakan akan habis dalam waktu 3 tahun ke depan.
DI dunia ekonomi yang penuh kalkulasi dan proyeksi, kita sering terbuai oleh ilusi keteraturan.
capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,12 persen. Itu dinilai ekonom didorong oleh investasi dan konsumsi rumah tangga
Meski konsumsi kelas atas cenderung melemah, kekuatan konsumsi secara keseluruhan banyak berasal dari sektor informal.
Sektor ritel menilai perlambatan ekonomi saat ini dipengaruhi oleh turunnya indeks kepercayaan konsumen.
UNIVERSITAS Paramadina turut mempertanyakan angka pertumbuhan ekonomi Triwulan II 2025 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 5,12% (yoy).
Center of Economic and Law Studies (Celios) meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut mengaudit data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved