Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PEMERINTAH menetapkan penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri ORI019 sebesar Rp26 triliun. Nilai itu menjadi rekor penjualan tertinggi dari sisi penjualan SBN ritel secara daring.
"Ini rekor tertinggi sampai dengan saat ini untuk yang dilakukan secara online, tradeable untuk ORI dan sukuk ritel," ujar Kepala Seksi Pendalaman Pasar dan Perluasan Basis Investor Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Antonius Dyan dalam diskusi melalui siaran langsung instagram DJPPR, Senin (22/2).
Baca juga: BI: Relaksasi DP 0% untuk Merangsang Konsumsi Rumah Tangga
Dana yang diperoleh dari penjualan ORI019 akan digunakan sebagian untuk membiayai penanganan pandemi covid-19 dan pemulihan ekonomi. Selain dari nilai penjualan, ORI019 juga mencatatkan rekor lain berupa tingkat kupon rendah.
ORI019 merupakan seri pertama dari SBN ritel yang diterbitkan awal tahun dengan kupon rendah yakni 5,57%. "Dari awal kita juga memperkirakan penetapan kupon ini banyak pertimbangannya, pertama mungkin adalah kondisi pasar pada umumnya, lalu tingkat suku bunga acuan seperti BI7DRR di kisaran berapa dan melihat seri SUN yang non ORI, reguler fix rate, mereka memberikan yield sebesar apa dan pertimbangan instrumen investasi lain. itu semua menjadi pertimbangan," kata Antonius.
"Ada beberapa analis bilang, ada room untuk BI rate turun, dan terbukti itu turun. Ini menjadi salah satu booster untuk para investor agar membeli ORI ini," sambungnya.
Antonius menambahkan, animo masyarakat terhadap ORI019 cukup tinggi. Itu terlihat dari adanya penambahan kuota penjualan selama masa penawaran di 25 Januari 2021 hingga 18 Februari 2021.
Awalnya, kuota yang tersedia untuk penjualan ORI019 ialah sebesar Rp10 triliun, kemudian digandakan menjadi Rp20 triliun hingga akhirnya ditetapkan kuota hingga Rp26 triliun.
Antonius mengatakan, sebanyak 48.731 investor berinvestasi di ORI019. Dari jumlah itu, sebanyak 22.268 investor, atau 45,7% merupakan investor baru. Sedangkan bila dilihat dari golongannya, generasi milenial (usia 20-40 tahun) mendominasi jumlah investor hingga 37,5%.
Itu kemudian diikuti oleh generasi X (usia 41-55 tahun) sebanyak 34%; generasi baby boomers (usia 54-74 tahun) sebanyak 25,3% ; generasi tradisionalis (usia lebih dari 75 tahun) sebanyak 2,2%; dan generasi Z (usia di bawah 20 tahun) sebanyak 1%.
Sedangkan berdasarkan profesi investor, maka pegawai swasta menjadi yang paling dominan mencapai 33,8% dari total investor. Lalu diikuti wiraswasta 31,2%; ibu rumah tangga 10,1%; pelajar/mahasiswa 4,9%; PNS/TNI/Polri 4,5%; pensiunan 3,3%; pegawai otoritas/lembaga/BUMN/BUMD 2,4%; profesional 2,6%; dan lainnya 7,2%.
Antonius mengatakan, pihaknya mengubah cara untuk menyosialisasikan instrumen investasi yang diterbitkan pemerintah. Saat ini sosialisasi dan edukasi mengenai investasi dilakukan secara daring melalui berbagai sarana.
Tujuannya agar masyarakat mengetahui pemerintah memiliki insrumen investasi yang aman dan menarik. Keterlibatan masyarakat untuk berinvestasi melalui SBN, kata Antonius, memberikan dua dampak, yakni pembiayaan melalui investasi dan mendorong penerimaan pajak.
"Jadi selain ikut mendukung pembiayaan, dengan berinvestasi masyarakat ikut menambah penerimaan pajak," pungkasnya. (Mir)Pemerintah Tetapkan Penjualan ORI019 sebesar Rp26 Triliun
Pemerintah menetapkan penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri ORI019 sebesar Rp26 triliun. Nilai itu menjadi rekor penjualan tertinggi dari sisi penjualan SBN ritel secara daring.
"Ini rekor tertinggi sampai dengan saat ini untuk yang dilakukan secara online, tradeable untuk ORI dan sukuk ritel," ujar Kepala Seksi Pendalaman Pasar dan Perluasan Basis Investor Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Antonius Dyan dalam diskusi melalui siaran langsung instagram DJPPR, Senin (22/2).
Dana yang diperoleh dari penjualan ORI019 akan digunakan sebagian untuk membiayai penanganan pandemi covid-19 dan pemulihan ekonomi. Selain dari nilai penjualan, ORI019 juga mencatatkan rekor lain berupa tingkat kupon rendah.
ORI019 merupakan seri pertama dari SBN ritel yang diterbitkan awal tahun dengan kupon rendah yakni 5,57%. "Dari awal kita juga memperkirakan penetapan kupon ini banyak pertimbangannya, pertama mungkin adalah kondisi pasar pada umumnya, lalu tingkat suku bunga acuan seperti BI7DRR di kisaran berapa dan melihat seri SUN yang non ORI, reguler fix rate, mereka memberikan yield sebesar apa dan pertimbangan instrumen investasi lain. itu semua menjadi pertimbangan," kata Antonius.
"Ada beberapa analis bilang, ada room untuk BI rate turun, dan terbukti itu turun. Ini menjadi salah satu booster untuk para investor agar membeli ORI ini," sambungnya.
Antonius menambahkan, animo masyarakat terhadap ORI019 cukup tinggi. Itu terlihat dari adanya penambahan kuota penjualan selama masa penawaran di 22 Januari 2021 hingga 18 Februari 2021.
Awalnya, kuota yang tersedia untuk penjualan ORI019 ialah sebesar Rp10 triliun, kemudian digandakan menjadi Rp20 triliun hingga akhirnya ditetapkan kuota hingga Rp26 triliun.
Antonius mengatakan, sebanyak 48.731 investor berinvestasi di ORI019. Dari jumlah itu, sebanyak 22.268 investor, atau 45,7% merupakan investor baru. Sedangkan bila dilihat dari golongannya, generasi milenial (usia 20-40 tahun) mendominasi jumlah investor hingga 37,5%.
Itu kemudian diikuti oleh generasi X (usia 41-55 tahun) sebanyak 34%; generasi baby boomers (usia 54-74 tahun) sebanyak 25,3% ; generasi tradisionalis (usia lebih dari 75 tahun) sebanyak 2,2%; dan generasi Z (usia di bawah 20 tahun) sebanyak 1%.
Sedangkan berdasarkan profesi investor, maka pegawai swasta menjadi yang paling dominan mencapai 33,8% dari total investor. Lalu diikuti wiraswasta 31,2%; ibu rumah tangga 10,1%; pelajar/mahasiswa 4,9%; PNS/TNI/Polri 4,5%; pensiunan 3,3%; pegawai otoritas/lembaga/BUMN/BUMD 2,4%; profesional 2,6%; dan lainnya 7,2%.
Antonius mengatakan, pihaknya mengubah cara untuk menyosialisasikan instrumen investasi yang diterbitkan pemerintah. Saat ini sosialisasi dan edukasi mengenai investasi dilakukan secara daring melalui berbagai sarana.
Tujuannya agar masyarakat mengetahui pemerintah memiliki insrumen investasi yang aman dan menarik. Keterlibatan masyarakat untuk berinvestasi melalui SBN, kata Antonius, memberikan dua dampak, yakni pembiayaan melalui investasi dan mendorong penerimaan pajak.
"Jadi selain ikut mendukung pembiayaan, dengan berinvestasi masyarakat ikut menambah penerimaan pajak," pungkasnya. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved