Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

RI dan Tesla Jajaki Proyek Pengembangan Baterai Berdaya Besar

Insi Nantika Jelita
05/2/2021 15:37
RI dan Tesla Jajaki Proyek Pengembangan Baterai Berdaya Besar
Logo Tesla terlihat pada stasiun pengisian kendaraan listrik 250 kw di stasiun supercharger Tesla Inc, AS, beberapa waktu lalu.(AFP/Patrick T Fallon.)

PERUSAHAAN produsen mobil listrik, Tesla, menawarkan kerja sama terkait produksi sistem penyimpanan energi daya besar atau energy storage system (ESS). Konsep sistem model ESS mirip dengan baterai pengisi daya gadget atau power bank dengan muatan mencapai ratusan megawatt.

"ESS mirip dengan baterai power bank, tapi ini power bank ekstrabesar kapasitas (dayanya), bisa puluhan hingga ratusan megawatt. Jadi idenya yaitu ESS bisa menggantikan pembangkit (listrik) peaker," ungkap Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (5/2).

Seto mengatakan dalam tawaran investasi proyeknya itu, Tesla mencontohkan penerapan ESS milik perusahaannya dikatakan sukses di Australia. Selain itu, suplai penyediaan alat ESS milik perusahaan Elon Musk dikatakan terbatas. Tapi, Tesla masih berkeinginan menjalin peluang investasi ini ke Indonesia.

"Mereka sampaikan ke kami sebenarnya dari sisi permintaan dengan negara lain sudah sangat tinggi dan memang suplai dari mereka tidak banyak. Tapi, mereka ingin kerja sama dengan Indonesia," terang Seto.

Selain dengan Tesla, kerja sama pemerintah dengan dengan perusahaan China Contemporary Amperex Technology (CATL) dan perusahaan asal Korea Selatan LG Chem masih dijajaki. "Untuk CATL rencana 2024 mereka akan mulai pembangunan baterai cell. Untuk LG, sudah ada MoU yang ditandatangani dengan BKPM," terang Seto.

Sebelumnya, Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle/EV Battery) Agus Tjahajana menuturkan, pemerintah membutuhkan dana investasi sekitar US$13,4 miliar-US$17,4 miliar atau sekitar Rp188 triliun hingga Rp244 triliun dalam mengembangkan industri kendaraan listrik.

Agus menjelaskan penjajakan calon mitra atau investor itu didasarkan pada beberapa kriteria yakni memiliki jejak global dalam industri baterai EV, rencana ekspansi bisnis, reputasi merek yang baik, dan punya hubungan dengan perusahaan original equipment manufacturer atau OEM. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya