Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Cuaca Ekstrem Melanda, ESDM Pastikan tidak Ada Pemadaman Listrik

Insi Nantika Jelita
27/1/2021 17:58
Cuaca Ekstrem Melanda, ESDM Pastikan tidak Ada Pemadaman Listrik
Ilustrasi petugas PLN saat memperbaiki jaringan listrik.(Antara/Abriawan Abhe)

KEMENTERIAN Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan tidak ada rencana pemadaman listrik secara bergilir dalam beberapa bulan ke depan. Sekalipun saat ini wilayah Indonesia tengah dilanda cuaca esktrem.

Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana. Dia mengakui bencana banjir di daerah penghasil utama batu bara, memengaruhi ketersediaan pasokan bahan bakar di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

"Insyaallah tidak ada (pemadaman listrik) sampai 31 Januari. Tidak ada kekurangan pasokan listrik. Bagaimana Februari? Saya juga yakin tidak akan ada krisis. Begitu juga Maret," jelas Rida dalam konferensi pers virtual, Rabu (27/1).

Baca juga: 4 Ribu Km Jalan Nasional dalam Kondisi Rusak

Kepastian tersebut, lanjut dia, mengacu data yang diproleh Kementerian ESDM. Produksi batu bara pada 2021 ditargetkan sebesar 550 juta metrik ton. Dari besaran produksi itu, 25% atau sekitar 137 juta metrik ton dialokasikan untuk domestic market obligation (DMO). Dari kuota DMO, sebanyak 115 juta metrik ton untuk kebutuhan pembangkit listrik.

Pemerintah telah mewajibkan produsen batu bara untuk mengalokasikan 25% dari produksi batu bara nasional untuk kebutuhan dalam negeri.

"Artinya, dari sisi volume masih cukup. Jadi tidak ada tuh, misalkan isu pemadaman listrik. Pada Februari bahkan, PLN memerlukan tambahan 1,2 juta metrik ton (batu bara). Tapi sudah ditegaskan (Dirjen Minerba), dari sisi pemasok ada beberapa malah produsen batu bara yang melebihi DMO," imbuh Rida.

Baca juga: Pemerintah Perpanjang Stimulus Listrik Hingga Maret 2021

Bencana banjir di wilayah Kalimantan dan faktor cuaca esktrem, dikatakannya berdampak pada suplai batu bara. Terdapat sejumlah hambatan, seperti pengangkutan dan bongkar muat. Akibat curah hujan tinggi, kondisi batu bara menjadi lengket dan bongkar muat memerlukan waktu lebih lama.

"Secara keseluruhan bakal memperlambat waktu pasokan batu bara. Biasanya dari 4 hari, bisa mundur jadi 7 hari, atau lebih dari seminggu. Itu yang membuat stok di PLTU tergerus," tandasnya.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya