Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
KEMENANGAN Joe Biden sebagai Presiden terpilih Amerika Serikat ke-46 membawa dampak positif terhadap nilai tukar mata uang, salah satunya rupiah.
Pada pukul 16.50 WIB, rupiah bergerak menguat 1,02 persen ke posisi Rp 14.065 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.210 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menuturkan, penguatan rupiah tersebut karena pasar berekspektasi kebijakan Biden akan lebih bersahabat dengan negara-negara partner dagangnya seperti Tiongkok, Eropa, Amerika latin, dan lainnya.
"Ini akan membantu pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut, termasuk Indonesia juga bisa mendapatkan efek positif dari kebijakan bersahabat tersebut," jelas Ariston kepada Media Indonesia, Jakarta, Senin (9/11).
Baca juga: Biden Memulai Transisi, Trump Tetap Tolak Mengakui Kekalahan
Ariston juga memperkirakan penguatan rupiah akan berlansung cukup lama atau paling tidak hingga Desember 2020, rupiah masih dibawah Rp14,500.
"Mungkin sampai akhir tahun masih bisa menguat atau paling tidak tetap berada di bawah 14.500," kata Ariston.
Sementara itu, Mata uang Tiongkok, Yuan, menguat setelah kemenangan presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Yuan menguat 0,4% menjadi 6,5649 per dolar pada Minggu (8/11) malam waktu Hong Kong.
Dilansir Bloomberg, penguatan Yuan itu menyusul lonjakan 1,6% minggu lalu yang merupakan kenaikan terbesar sejak Januari 2017.
Mata uang tersebut telah mengalami penurunan sejak awal Juni karena ekonomi Tiongkok pulih, imbas hasil obligasi yang menarik menarik dana luar negeri dan investor bertaruh pada hubungan yang lebih stabil dengan AS dalam acara kepresidenan Biden. Dengan hasil pemilu AS yang sudah selesai, investor cenderung fokus pada laporan ekonomi Tiongkok serta sinyal dari People’s Bank of China. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved