Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
TANDA resesi ekonomi Indonesia telah terlihat sejak triwulan I 2020. Indikasinya, pertumbuhan ekonomi nasional kala itu sudah melambat di angka 2,97% dan kian dalam di triwulan II di angka -5,32%.
“Data triwulan I sudah melambat di bawah 5%, apalagi triwulan II, nah triwulann III nanti kita expect di -2,9% sampai -1%. Sudah resesi. Dari triwulan I hingga III sudah terjadi perlambatan ekonomi,” tutur Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu dalam taklimat media dengan topik Kupas Tuntas Ekonomi APBN secara virtual, Jumat (25/9).
Kendati demikian, pemerintah tetap mengharapkan ada perbaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2020. Perbaikan itu juga untuk menguatkan kinerja perekonomian di 2021 dapat berjalan sesuai dengan apa yang disusun melalui RAPBN 2021.
Dalam RAPBN 2021, pemerintah mengekspektasikan pertumbuhan ekonomi nasional berada dalam rentang 4,5% hingga 5,5%. Itu didasari adanya pemulihan ekonomi secara bertahap sejak triwulan I 2021 dengan titik dasarnya pertumbuhan eknonomi di 2020.
“Harapannya, triwulan IV akan membaik. Ini fokus ke depan. Kalau resesi sudah sepanjang tahun ini. Triwulan IV harapannya membaik lagi, meskipun overall 2020 kita di teritori negatif. Kita resesi,” jelas Febrio.
Di kesempatan yang sama, Kepala Ekonom Danareksa Moekti Prasetiani Soejachmoen menuturkan, resesi ekonomi memengaruhi psikologis masyarakat sebagai aktor utama dalam sistem perekonomian. Kekhawatiran jangka pendek menimbulkan keraguan untuk melakukan aktivitas yang mengakibatkan tersendatnya pergerakkan ekonomi.
Baca juga : Indonesia Perlu Fokus Pada Upaya Pemulihan Ekonomi
“Kalau masyarakat melihat ini resesi, maka mereka akan mengurangi konsumsinya. Karena ada kekhwatiran jangka pendek. Padahal dengan mengurangi konsumsi, itu akan memperparah resesi itu sendiri, karena tidak ada kegiatan ekonomi di masyarakat,” terangnya.
Oleh karenanya, dorongan pemerintah untuk meningkatkan konsumsi masyarakat menjadi kunci penting mengatasi resesi. Apalagi di Indonesia yang konsumsi rumah tangganya berkontribusi besar pada perekonomian nasional, hingga 56% terhadap pertumbuhan ekonomi.
Menigkatnya konsumsi rumah tangga, kata Moekti, akan berdampak pada sektor ekonomi lain dan turut menghidupkan geliat ekonomi. Bila ada permintaan dari masayarakat, maka produksi dari industri akan meningkat dan produksi yang meningkat akan berbuah pada peningkatan investasi.
Namun karena resesi kali ini disebabkan oleh pandemi dan melahirkan ketidakpastian, pandangan masyarakat untuk melakukan konsumsi juga menjadi tantangan yang dihadapi di sektor perekonomian. “Mereka yang berpendapatan rendah ingin konsumsi tapi tidak punya uang, sedangkan masyarakat menengah atas, mereka punya uang tapi menahan konsumsi,” ujar Moekti.
Oleh karenanya, ia mendorong agar masyarakat turut berkontribusi menghadapi tantangan dari dampak pandemi dengan membelanjakan uangnya dengan terukur. Sebab, sebesar apa pun gelontoran stimulus yang diberikan pemerintah takkan berdampak bila masyarakat masih menahan konsumsinya.
“Kita perlu tetap belanja walaupun belanja itu jangan jor-joran, tapi tetap bijaksana dan sesuai dengan kebutuhan kita. Itu juga perlu diprioritaskan pada UMKM dan produk dalam negeri, karena UMKM punya hubungan supplier di dalam negeri, dengan membeli dari UMKM berarti kita mndukung backward linkage UMKM itu. Jadi mengapa menjadi prioritas? Tentu untuk mempercepat pergerakkan ekonomi dan mendorong Indonesia keluar dari resesi,” pungkas dia. (OL-2)
KEPALA Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef M. Rizal Taufiqurrahman menilai pemerintah gagal mengoptimalkan ruang fiskal di tengah perlambatan ekonomi dan meningkatkan risiko resesi.
Indonesia dihantui resesi karena pertumbuhan ekonomi yang mengkhawatirkan. Pada triwulan pertama 2025, pertumbuhan ekonomi nasional hanya 4,87%, terendah sejak triwulan ketiga 2021.
Pengamat meminta pemerintah untuk segera mengambil langkah antisipatif untuk mencegah resesi, mengingat perkembangan secara triwulanan (q to q) juga tercatat minus 0,98%.
Resesi, Resesi ekonomi: Pelajari penyebab, dampak, dan cara menghadapinya. Panduan lengkap untuk memahami dinamika ekonomi yang penting.
KEBIJAKAN tarif resiprokal yang dikeluarkan Amerika Serikat untuk sejumlah negara, termasuk Indonesia, mendorong gejolak perekonomian.
Pasar saham AS mengalami penurunan tajam pada Senin, dengan Dow Jones jatuh lebih dari 850 poin di tengah kekhawatiran resesi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved