Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
BADAN Usaha Milik Negara (BUMN) tak bisa didorong untuk menekan potensi resesi tahun ini. Menurut Ekonom senior Faisal Basri, hal ini disebabkan jika BUMN didorong untuk melakukan hal di luar kapasitasnya akan memicu jatuhnya dunia usaha swasta.
“Saya takutnya justru kalau kita dorong BUMN melebihi normal itu akan crowding out dunia usaha swasta. Sehingga BUMN naik dan swasta turun lalu nettonya akan minus,” kata Faisal dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi VI DPR RI, secara virtual, Senin (31/8).
Sehingga menurutnya, justru peranan BUMN yang melebihi proporsinya akan membuat pertumbuhan ekonomi semakin anjlok. Karena BUMN ini akan melakukan aliansi strategis yang memicu hilangnya persaingan di dunia usaha.
Baca juga : BI: Uang Beredar Tumbuh Capai Rp6.567,7 triliun
“Yang akan dilakukan mereka melakukan aliansi strategis. Impor dilakukan oleh BUMN untuk Alat Pelindung Diri (APD) ini kan ke Tiongkok terus dia jual ke apotek dan rumah sakit di Indonesia. Sementara, usaha lain gak boleh impor kan ongkosnya naik buat rakyat. Buat BUMN untung tapi rakyatnya rugi. Ini yang Erick Thohir lakukan. Jadi tidak ada kompetisi sama sekali. Atas nama Sinergi BUMN,”kritiknya.
Atas dasar ini, menurut Faisal sebaiknya BUMN kembali ke khitahnya untuk memiliki peranan yang adil. Dengan begitu, baru akan mengalami peningkatan yang lebih natural. Menurutnya, pemulihan ekonomi akan terjadi saat semua elemen bangsa berkolaborasi. Peran BUMN di sini sebagai katalisator dan pendorongnya.
“Kalaus sekarang Erick Thohir targetnya BUMN meningkat porsinya di dalam PDB itu bukan tujuan BUMN. Kan bukan untuk semakin besar perolehannya, bukan itu visinya. Tapi BUMN jadi ujung tombak sehinga PLN bisa keren listriknya, keren PGN dan Pertamina bisa jual gas dengan harga yang kompetitif,” pungkasnya. (OL-2)
KEPALA Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef M. Rizal Taufiqurrahman menilai pemerintah gagal mengoptimalkan ruang fiskal di tengah perlambatan ekonomi dan meningkatkan risiko resesi.
Indonesia dihantui resesi karena pertumbuhan ekonomi yang mengkhawatirkan. Pada triwulan pertama 2025, pertumbuhan ekonomi nasional hanya 4,87%, terendah sejak triwulan ketiga 2021.
Pengamat meminta pemerintah untuk segera mengambil langkah antisipatif untuk mencegah resesi, mengingat perkembangan secara triwulanan (q to q) juga tercatat minus 0,98%.
Resesi, Resesi ekonomi: Pelajari penyebab, dampak, dan cara menghadapinya. Panduan lengkap untuk memahami dinamika ekonomi yang penting.
KEBIJAKAN tarif resiprokal yang dikeluarkan Amerika Serikat untuk sejumlah negara, termasuk Indonesia, mendorong gejolak perekonomian.
Pasar saham AS mengalami penurunan tajam pada Senin, dengan Dow Jones jatuh lebih dari 850 poin di tengah kekhawatiran resesi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved