Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

BCA Proses Restrukturisasi Kredit Rp115 Triliun

Des/E-2
28/7/2020 06:15
BCA Proses Restrukturisasi Kredit Rp115 Triliun
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk.(ANTARA FOTO/Audy Alwi)

PRESIDEN Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan pihaknya tengah memproses pengajuan restrukturisasi sebesar Rp115 triliun atau 20% dari total portofolio kredit yang berasal dari 118 ribu nasabah sepanjang Maret hingga Juni 2020.

“BCA fokus mendukung nasabah untuk menghadapi kondisi perlambatan bisnis dengan memberikan restrukturisasi kredit secara selektif pada berbagai segmen,” katanya dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, kemarin.

Per 30 Juni 2020, kata Jahja, total kredit yang telah selesai direstrukturisasi tercatat sebesar Rp69,3 triliun, atau 12% dari total portofolio kredit.

Ia memperkirakan adanya potensi peningkatan kredit yang direstrukturisasi hingga 20%-40% dari total portofolio kredit yang berasal dari 200 ribu hingga 250 ribu nasabah.

“Kami melihat adanya kemungkinan peningkatan kredit yang direstrukturisasi,” ujarnya.

Jahja pun berharap program restrukturisasi kredit dapat diperpanjang waktunya karena program itu berkaitan erat dengan cashflow dan provitability perbankan.

“Untuk perpanjangan, kita harapkan sekali agar bank cukup waktu berbenah kapasitas masing-masing cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sehingga saat nanti relaksasi atau back to normal, kita sudah siap,” pungkasnya.

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menambahkan bahwa meski nantinya restrukturisasi kredit diperpanjang, komposisi restrukturisasi antara bisnis dan perorangan akan tetap sama.

Saat ini, 70% restrukturisasi di BCA diberikan kepada nasabah korporasi dan UMKM, sementara 30% sisanya kepada kredit perorangan.

Pada kesempatan yang sama, BCA dan entitas anak usaha melaporkan laba bersih sebesar Rp12,2 triliun pada semester I tahun ini, atau turun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp12,9 triliun.

Jahja Setiaatmadja mengatakan meski laba bersih turun, laba sebelum provisi dan pajak berhasil tumbuh positif karena ditopang oleh penurunan biaya dana (CoF) dan perlambatan pertumbuhan beban operasional.

“Laba sebelum provisi dan pajak yang solid mengimbangi peningkatan biaya pencadangan untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas kredit,” katanya. (Des/E-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya