Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Kepala BKF Optimistis Indonesia Terhindar dari Resesi

Despian Nurhidayat
24/7/2020 16:15
Kepala BKF Optimistis Indonesia  Terhindar dari Resesi
Indonesia dinilai masih cukup aman dari ancaman resesi, hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang masih bisa terjaga.(ANTARA/Dhemas Reviyanto)

LEMBAGA internasional IMF (Dana Moneter Internasional) dan Bank Dunia (World Bank) memprediksi krisis keuangan global pada 2020 akan jauh lebih berat ketimbang 2008. Meski demikian Indonesia diyakni masih punya asa untuk menghidar dari jurang resesi.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan berdasarkan rilis terakhir dari Bank Dunia menyatakan lebih dari 90% perekonomian dunia pada 2020 akan mengalami krisis, dalam artian lain pertumbuhan ekonominya akan negatif.

Baca juga: Ancaman Resesi akibat Pandemi

"Indonesia walaupun sangat tertekan dengan berbagai tantangan, tampaknya  lebih resiliance dibandingkan negara-negara lain. Saat ini kita masih punya peluang untuk tidak masuk resesi. Kalau pun resesi, harapannya mungkin tidak terlalu dalam," ungkapnya dalam Webinar Penerimaan Perpajakan di Masa Pemulihan, Jumat (24/7).

Febrio menuturkan bahwa saat ini pemerintah berharap perekonomian Indonesia tahun ini berada pada kisaran 0% dan mungkin sedikit di bawah 0%. Menurutnya, banyak negara, terutama negara maju dan tidak sedikit negara berkembang sejak kuartal I dan II 2020 diprediksi oleh Bank Dunia mengalami tekanan.

"Kalau untuk negara maju itu banyak yang bahkan resesinya dalam sekali, bahkan ada yang -12% dan -15%. Indonesia saat ini diprediksi untuk 2020 itu berada di 0%. Kita sedang berusaha agar tidak negatif dan kalau itu berhasil itu prestasi kita bersama," sambung Febrio.

Untuk menghindarkan diri dari resesi pada 2020, lanjut Febrio, merupakan langkah yang sangat penting jika Indonesia ingin bangkit pada 2021. Pasalnya, dengan demikian Indonesia mampu meningkatkan investasi di tahun 2021 dengan mendapatkan titel sebagai negara yang mampu pulih dengan cepat dari krisis.

"Pada 2021 kita harus tumbuh di atas 4%, kalau bisa malah lebih dari itu. Dengan itu akan memberikan keunggulan bagi Indonesia untuk meningkatkan investasi di 2021 relatif lebih cepat dibandingkan negara lain," ujarnya.

"Bahkan itu akan menyebabkan capital inflow, mirip dengan 2010, 2011, 2012 di mana banyak negara mengalami krisis yang mendalam dan beberapa negara relatif lebih baik pertumbuhannya sehingga modal masuk ke negara-negara tersebut termasuk Indonesia saat itu. Indonesia saat itu tumbuh sekitar 6%," kata Febrio.

Meskipun demikian, Febrio mengakui pada kuartal II 2020, menurut assesment Kemenkeu, Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Saat ini estimasi dari Kemenkeu, Indonesia akan tumbuh negatif pada kuartal II 2020 berada di angka -4,3%. Untuk menangani dampak tersebut, stimulus dikatakan memang harus terus dilakukan.

"Ini yang sedang kita dorong supaya ke depan kita bisa tumbuh lebih solid lagi untuk kuartal III. Ini jadi titik penentuan sebenarnya bagi kita karena kuartal II kita sudah pasti akan negatif. Kalau itu bisa kita lakukan, momentum itu bisa terus dilanjutkan sampai kuartal IV dan harapannya kita bisa tumbuh di atas 2-3%," tuturnya.

"Tapi lagi-lagi ini memang membutuhkan disiplin yang kuat dari kita semua dan masyarakat, jangan sampai pada saat pemulihan ekonomi yang sudah mulai membaik terjadi second wave, itu yang benar-benar harus kita hindari," pungkas Febrio. (Des/A-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya