Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) menargetkan peningkatan konsumsi pangan sumber karbohidrat pengganti beras hingga 7%.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi, dalam webinar dengan tema 'Diversifikasi Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan' yang diselenggarakan The Indonesia Green Financial and Investment Institute (TIGFII), pada Kamis (2/7).
Dijelaskan Agung, target tersebut berdasarkan Roadmap Diversifikasi Sumber Karbohidrat Pengganti beras 2020-2024.
“Kementan mendorong peningkatan konsumsi pangan lokal non-beras, sehingga dapat menurunkan konsumsi beras dari 94,9 kg per kapita per tahun menjadi 85,0 kg per kapita per tahun pada tahun 2024,” jelas Agung.
Untuk memenuhi target tersebut, dirumuskan langkah strategis diversifikasi pangan mencakup aspek hulu hingga hilir. Mulai dari produksi, pascapanen, stok dan pengolahan, hingga pemasaran dan pemanfaatan.
Peningkatan produksi diupayakan dengan teknologi budidaya dan bibit unggul serta peningkatan luas areal pertanaman. Kemudian teknologi pasca panen serta efisiensi produksi, dan mendorong UMKM pangan lokal.
Sementara itu dari aspek pemasaran diupayakan dengan menciptakan pasar lokal dan nasional dengan memanfaatkan teknologi informasi. Sedangkan dari sisi pemanfaatan melalui kampanye, promosi dan edukasi nilai gizi dan ekonomi dari pangan lokal non beras.
Selain itu, untuk meningkatkan pendapatan, langkah strategis ini juga untuk memudahkan akses masyarakat terhadap pangan berkualitas.
“Kita upayakan agar kita tidak bergantung hanya pada beras. Kita punya kearifan lokal untuk kita angkat sebagai komoditas alternatif. Ada pisang, talas, sagu, jagung, kentang, dan ubi kayu,” ujar Agung.
Berbagai komoditas pangan sumber karbohidrat non-beras tersebut bukan hal asing bagi masyarakat. Agung mencontohkan, ubi kayu dan pisang yang dikonsumsi di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Begitu juga dengan sagu, yang banyak dikonsumsi di Papua.
“Kita mapping wilayah mana yang potensial dijadikan komoditas unggulan di wilayah tersebut. Kita dorong aspek produksinya, pengolahannya agar dapat dikonsumsi masyarakat secara langsung,” urai Agung.
Sebelumnya, pada Minggu (28/6), Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo me-launching Gerakan Diversifikasi Pangan Sumber Karbohidrat Non beras.
Dengan slogan 'Indah dan bahagia dengan pangan lokal', gerakan diversifikasi pangan dilaksanakan sebagai upaya untuk mendorong ketersediaan dan konsumsi pangan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.
Menurut Mentan SYL, gerakan diversifikasi pangan ini mewakili harapan dan kebutuhan dari seluruh rakyat Indonesia agar ketahanan pangan tetap kokoh, yang memperkuat hadirnya negara yang sejahtera.(OL-09)
PPIU Program YESS memberikan fasilitas dan bimbingan kepada generasi muda di perdesaan untuk menjadi wirausahawan dan petani handal do Subang, Jawa Barat.
Presiden Jokowi mengakui, saat ini stok yang ada di Bulog 1,7 juta ton masih harus ditambah lagi sampai akhir tahun, kira-kira 1,5 juta ton.
Kementan dan Kodim 0613/Ciamis untuk melakukan Gerakan Percepatan Tanam Pengendalian Hama Terpadu di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Solusi yang diambil ialah mengimpor induk sapi hidup. Selanjutnya dilakukan inseminasi dengan harapan dapat mempercepat produksi susu.
SYAHRUL Yasin Limpo punya mimpi besar di jabatannya sebagai Menteri Pertanian saat ini. Mimpinya itu sederhana, tapi butuh perjuangan besar untuk mencapainya.
Bagi SYL, tragedi ini merupakan peringatan keras bagi insan olahraga Indonesia agar selalu mengedepankan persatuan dan persaudaraan.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) berkomitmen terus membantu pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor pangan lokal.
Pengaruh El-Nino membuat masa panen di Kabupaten Kuningan yang seharusnya dilakukan Maret mundur sebulan.
Pemerintah daerah perlu turun tangan. Salah satunya berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk menginventarisasi lulusan sekolah yang belum mendapatkan pekerjaan.
Dengan inovasi benih, tidak ada alasan salah satu tanaman pangan tidak bisa ditanam di satu daerah karena kondisi geografisnya.
Pada gelaran itu disiapkan berbagai komoditas seperti beras, telur ayam, dan cabai merah. Harganya lebih murah dibanding di pasaran.
Keterbatasan lahan sejatinya tidak harus jadi kendala bagi Kota Sukabumi bisa meningkatkan produksi pangan lokal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved