Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Masyarakat Produktif dan Aman dari Covid-19 Jadi Fokus New Normal

Ghani Nurcahyadi
16/6/2020 20:05
Masyarakat Produktif dan Aman dari Covid-19 Jadi Fokus New Normal
Menlu Retno Marsudi saat berbicara di diskusi virual Kagama-UGM(Dok. Kagama)

BEBERAPA negara telah membuka aktivitas ekonomi. Tentu pembukaan ini disertai dengan sikap hati-hati dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Amerika Serikat membuka aktivitas ekonomi di tengah pandemi Covid-19, negara ini menciptakan pekerjaan baru bagi dua setengah juta orang. Namun, dari aspek kesehatan, pada saat yang sama, beberapa negara bagian melaporkan penambahan kasus.

Hal berbeda dengan Selandia Baru. Negara dengan karakter masyarakatnya yang berdisiplin tinggi, dalam empat minggu sempat tidak ada laporan penambahan kasus positif Covid-19.  

Sementara di Indonesia, kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, pemerintah berusaha membuka ekonomi dengan kehati-hatian. Prinsip penting yang dilakukan adalah “a covid-19 safe productive society”, masyarakat produktif, aman dari Covid-19.

Retno merasa perlu menegaskan hal ini karena kadang ada orang yang menghilangkan kata ‘aman’,  sehingga seolah pemerintah hanya mengejar aspek ekonominya saja.

Baca juga : 335 Ribu Wajib Pajak Dapat Fasilitas Keringanan

“Jadi nawaitunya pemerintah tidak akan mempertukarkan dua pilihan, antara ekonomi atau kesehatan. Tetapi, produktif namun aman dari Covid-19. Sehat dan produktif,” kata Retno dalam diskusi sinergi Keluarga Alumni Universitas Gadjah MNada (Kagama) dan UGM secara virtual, Selasa ((16/6)

Jikalau setelah ekonomi dibuka lalu jumlah kasus baru meningkat lagi, maka bukan hal yang tidak mungkin pemerintah memutuskan melakukan pembatasan sosial lagi. 

“Tentu kita tidak inginkan hal itu, kita tidak ingin balik lagi. Oleh karena itu kita perlu lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Disiplin sangat diperlukan agar kegiatan ekonomi sedikit demi sedikit bisa dilakukan namun tetap aman Covid,” ujar alumnus Ilmu Hubungan Internasional UGM itu.

Terkait penutupan perbatasan Indonesia untuk warga asing, Retno belum bisa memastikan kapan dibukanya perbatasan ini. Pemerintah akan melihat lebih dulu situasi penyebaran Covid-19 di Indonesia dan trennya secara global.

“Pintu masuk kita saat ini hanya terbuka bagi WNI dan WNA yang dikecualikan. Sesuai dengan aturan Permenkumham  nomor 11 tahun 2020, WNA, misalnya seperti diplomat dan pemegang kartu KITAS boleh masuk,” tuturnya.

Demikian juga dengan negara-negara lain, tidak semuanya membuka kunjungan dari negara asing. Namun, beberapa negara sudah membicarakan soal Essential Business Travel Bubble, sebuah strategi pembukaan aktivitas ekonomi yang mengkesampingkan turis secara keseluruhan.

Jadi, yang diutamakan adalah kunjungan bisnis yang sangat esensial. Karena hampir semua negara melihat roda ekonomi sudah saatnya kembali digerakkan.

Baca juga : Pandemi Buktikan Kekuatan Manajemen Risiko Industri Keuangan

Negara-negara yang sudah membentuk Business Travel Bubble, di antaranya, Esthonia, Lithuania, dan Latvia. Australia dan Selandia Baru sedang membahasnya. Indonesia juga sedang dalam tahap pembahasan dengan beberapa negara. Namun hal ini belum bisa disampaikan di sini karena pembahasan masih berjalan.

Terlepas dari berbagai upaya penanganan Covid-19, satu cara yang sampai saat ini paling ampuh untuk mengakhiri pandemi adalah vaksin. Retno menuturkan, selama belum ada vaksin kecemasan terhadap Covid-19 akan terus ada.

“Vaksin menjadi faktor penentu. Banyak negara sudah mengembangkan vaksin hingga uji klinis beberapa tahap. Demikian juga dengan Indonesia, saat ini sedang berusaha secara mandiri untuk mengembangkan vaksin. Namun sekaligus Indonesia juga akan bekerja sama dengan negara lain,” jelasnya.

Jika vaksin telah ditemukan, lanjut Retno, pertanyaan penting yang muncul di banyak negara adalah pada accessibility (keterperolehan) dan  affordability (keterjangkauan) pada vaksin. Untuk ini Indonesia akan berada di garda terdepan memperjuangkan agar vaksin bisa diperoleh dan dapat dijangkau semua negara.

Ini merupakan bentuk keberpihakan Indonesia terhadap negara-negara berkembang. “Sebab jika masih ada negara yang belum mendapat vaksin, maka Covid-19 ini tidak akan hilang dan diselesaikan secara tuntas. Terlebih lagi aktivitas warga yang bepergian antar negara cukup tinggi,”pungkasnya. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya