Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

IHSG Tertekan di Awal Pekan

M Iqbal AM
16/6/2020 05:10
IHSG Tertekan di Awal Pekan
Karyawan melintas di bawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pekan lalu.(ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan tertekan meski neraca perdagangan Mei 2020 tercatat surplus.

IHSG kemarin sore ditutup melemah 64,02 poin atau 1,31% ke posisi 4.816,34. Adapun kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 12,26 poin atau 1,63% menjadi 739,86.

Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi, mengatakan saham-saham perbankan dan produsen CPO memimpin pelemahan.

“Neraca perdagangan Indonesia yang surplus sebesar US$2,09 miliar masih belum mampu me­nutup keran pelemahan IHSG hingga akhir sesi. Tingkat impor yang melonjak tinggi 42,2% menjadi faktor,” kata Lanjar saat dihubungi.

Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin melansir neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2020 mengalami surplus US$2,1 miliar, dengan nilai ekspor US$10,53 mi­liar dan impor US$8,44 miliar.
Dibuka melemah, IHSG tak la­ma menguat dan banyak menghabiskan waktu di zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, indeks menukik ke zona merah hingga penutupan perdagangan.

Secara sektoral, delapan sektor terkoreksi dengan sektor keuangan yang turun paling dalam yakni minus 2,77%, diikuti sektor pertanian dan sektor pertambangan masing-masing minus 2,01% dan minus 1,76%.

Sebaliknya dua sektor meningkat, yaitu infrastruktur dan konsumer, masing-masing sebesar 0,33% dan 0,23%.

Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau net foreign sell sebesar Rp712,02 miliar.

Bursa saham regional Asia kemarin juga ditutup melemah. Indeks Nikkei melemah 774,53 poin atau 3,47% ke 21.530,95, indeks Hang Seng turun 424,43 poin atau 2,16% menjadi 23.776,95, dan indeks Straits Times melemah 65,96 poin atau 2,46% ke 2.618,67.

Sementara itu, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada kemarin sore menguat karena didorong oleh surplusnya neraca perdagangan Mei 2020.

Rupiah ditutup menguat 18 poin atau 0,13% menjadi 14.115 per dolar AS dari sebelumnya 14.133 per dolar AS.

Saham bank BUMN

Saham-saham milik empat bank BUMN juga mengalami penurunan sepanjang hari kemarin.
Pada penutupan IHSG, saham BBNI mengalami penurunan 270 poin atau 6,04% ke level 4.200. Saham BMRI turun 170 poin atau 3,48% ke level 4.720.

BBRI juga turun 130 poin atau 4,29% ke level 2.900 dan BBTN turun 65 poin atau 5,78% ke level 1.060.

Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi, menyebutkan investor masih berpandangan outlook sektor perbankan yang negatif di tengah langkah pemerintah menghujani prekonomian dengan pelonggaran kebijakan serta stimulus.

“Guna merangsang ekonomi, bank jangkar dibuat guna merangsang UMKM untuk kembali produktif dengan pinjaman modal dari bank BUMN,” kata Lanjar.

“Tapi di sisi lain, hal itu tidak begitu menguntungkan pihak perbankan,” pungkasnya. (Ant/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik