Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
TREN penguatan pada nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) masih akan berlanjut pada pekan ini.
Sejumlah faktor masih mendukung terjadinya penguatan pada sektor keuangan.
Dari dalam negeri, pembukaan sejumlah aktivitas perekonomian mulai pekan ini masih menjadi perhatian dan daya tarik bagi pelaku pasar. Selain itu, ditambah juga semakin membaiknya ekspektasi perekonomian global yang didukung besarnya program stimulus yang digelontorkan negara maju.
“Saya perkirakan masih berlanjut. Rupiah ada potensi melanjutkan penguatan di pekan depan,” ungkap Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah pada Media Indonesia, kemarin.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah dalam perdagangan pekan lalu ditutup pada level Rp13.850 per US$.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai paket stimulus yang dijalankan pemerintah juga akan mampu mendongkrak rating Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional.
“Selain itu, penurunan volatilitas di pasar saham global juga cenderung mendukung penurunan volatilitas dari pasar keuangan domestik dan nilai tukar rupiah,” imbuhnya.
Aliran modal masuk
Terkait dengan saham, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan bahwa akan terjadi konsolidasi dengan kecenderungan tetap menguat. Pada perdagangan pekan lalu, IHSG berada di level 4.947.
“IHSG kami perkirakan akan konsolidasi menguat,” ujarnya. Data Pengangguran di ‘Negeri Paman Sam’ membaik ke posisi 13,3%, mengindikasikan pemulihan ekonomi yang lebih cepat. Hal ini dianggap berpotensi mendorong pemulihan ekonomi global.
Selain itu, kerusuhan sosial di Amerika Serikat sejauh ini tidak mendapat perhatian pasar saham. Karena itu, para investor tetap melanjutkan pembelian aset saham di negara lain.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso optimistis IHSG akan kembali melewati level psikologis di 5.000.
Membaiknya indeks pada pasar saham sejatinya telah tecermin dalam beberapa waktu terakhir. Perbaikan tersebut menandai adanya respons positif dari para investor atas kebijakan yang diambil Indonesia dalam menangani covid-19 dan pasar saham.
“Pasar modal IHSG sudah mulai ada sentimen positif bahkan sudah 4.900-an. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa menyentuh level psikologis di 5.000 sehingga nanti ada inflow di pasar Indonesia,” ujarnya.
Selama bulan lalu, lanjut Wimboh, sudah ada nett buy Rp8 triliun di pasar saham dan Rp7,07 triliun di pasar surat berharga negara (SBN).
Sebelumnya, IHSG Indonesia sempat berada di level terendahnya di kisaran 3.900-an pada Maret ketika kasus covid-19 pertama diumumkan.
Namun, karena kebijakan responsif yang diambil otoritas dan pemerintah, pelemahan tersebut setidaknya dapat ditahan agar tidak terperosok kian dalam.
Kala itu OJK mengeluarkan kebijakan di pasar modal tentang batas auto rejection bawah dan memperbolehkan emiten melakukan buy back tanpa melalui rapat umum pemegang saham (RUPS). (Iam/Ant/E-1)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin, 14 Juli 2025, diprediksi bergerak menguat dengan ditopang faktor-faktor domestik.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 10 Juli 2025, dibuka menguat 22,35 poin atau 0,32% ke posisi 6.966,27.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada Kamis 10 Juli 2025, diperkirakan bergerak menguat Penguatan bisa terjadi karena didorong sentimen global.
Pasar global di luar ekspektasi merespons ancaman tarif terbaru dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan cukup tenang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin, 7 Juli 2025, dibuka menguat ke level 6865.
IHSG dibuka menguat 21,09 poin atau 0,31% di level 6.899,14, sementara indeks LQ45 juga turut naik sebesar 2,84 poin atau 0,37% ke posisi 768,43.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved