Evaluasi, Reformasi, Transformasi BUMN Lokomotif Pascapandemi

Mediaindonesia.com
29/5/2020 17:44
Evaluasi, Reformasi, Transformasi BUMN Lokomotif Pascapandemi
(DOK IDM)

KONDISI pandemi covid-19 telah membuat banyak perubahan baik itu kesehatan, sosial, hingga ekonomi. Untuk itu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadikan kondisi ini untuk mempersiapkan diri sebagai lokomotif pascapandemi.

“Sekarang adalahnya saat yang tepat untuk kita meng¬evaluasi, memperbaiki, mereformasi, serta bertransformasi. BUMN untuk Indonesia bukan sekadar selogan,” terang Menteri BUMN Erick Thohir dalam diskusi daringbertajuk Indonesia Moving Forward, kemarin.

Erick menilai dalam penanganan covid-19 saat ini BUMN telah banyak melakukan upaya membantu pemerintah menangani covid-19. Misalnya menggratiskan listrik daya 450 kwh dan diskon bagi daya 900 kwh maupun penyaluran bantuan sosial maupun stabilisasi stok dan harga pangan untuk manjaga perekonomian.

“Kita sudah melakukan restrukturisasi sebesar Rp120 triliun di mana UMKM-nya hampir sebesar Rp90 triliun,” terangnya.

Dalam hal penanganan kesehatan, BUMN farmasi terus melakukan berbagai terobosan. Baik itu dengan kerja sama dengan Lembaga Bio¬logi Molekuler Eijkman, Kementerian Kesehatan, hingga lembaga internasional guna menciptakan berbagai terobosan terkait vaksin maupun obat-obatan.

Eric menilai ke depan akan ada perubahan dalam geopolitik akibat covid-19. Menurutnya, banyak negara akan memproteksi dirinya khususnya dalam hal rantai pasoknya dan BUMN juga akan fokus membangun rantai pasok dalam kegiatannya.

Transformasi BUMN
Erick mengakui dengan kondisi hari ini 90% perusahaan pasti terdampak oleh pandemi, BUMN yang tidak terlalu terdampak hanya Telkom dan industri kesehatan. Untuk itu, restrukturisasi yang sejak awal kepemimpinannya akan terus dilanjutkan guna menghadapi situasi pandemi.

“Sejak mulai menjabat (sebagai menteri) kita mulai mencoba melakukan konsolidasi merger dan rasionalisasi. Program itu pun didukung Presiden dengan Keppres sehingga dapat menadi percepatan dari kebijakan ini,” katanta.

Kebijakan itu akan berpengaruh kepada dinamika portofolio, yang mana sebelumnya pemerintah berusaha mempertahankan meski banyak BUMN yang tidak sehat. Dengan kebijakan ini, Erick akan menutup atau menggabungkan serta membentuk kemitraan strategis guna memperkuat basis fundamental BUMN yang berfokus kepada core business-nya.

“68% BUMN akan kita konsolidasikan, tentu dengan berbasiskan suplai chain, tentu ada beberapa dengan sebagian kecil akan kita tutup dan ini realitas yang harus kita hadapi. Kita tahu dari 142 BUMN hanya 10 BUMN yang memberikan  hampir 90% dividen. Ini tentu ke depan harus kita perbaiki, sebab ujungnya BUMN harus memberikan dividen sebesar-besarnya kepada negara,” jelas Erick.

Kebijakan lainnya yang diambil untuk membuat BUMN berdaya pascapandemi ialah dengan mengurangi capex dan opex yang tidak perlu di berbagai BUMN. Misalnya saja belum lama ini kementeriannya memangkas PLN hingga Rp39 triliun.

Langkah lainnya yang diambil pihaknya melakukan restrukturisasi utang dari BUMN. Misalnya di Inalum yang global bond-nya digunakan me-recycle bond sebelumnya yang harga bunganya lebih tinggi.

Langkah itu akan terus dilakukan, selain memperpanjang masa tenggat juga mencari bunga yang lebih murah, dan saat ini dinilai Erick sebagai kesempatan tersebut. Ia juga menyebutkan pihaknya sudah melakukan hampir US$3,6 miliar untuk restrukturisasi ini.

Ia mengakui langkah tersebut tidak mudah mengingat tidak semua BUMN masuk dalam kategori baik. Namun langkah tersebut harus dilakukan sebagaimana amanat presiden terkait reformasi, transformasi dan restrukturisasi.

“Reformasi, transformasi, dan restrukturisasi harus terjadi dan tentunya kita saat ini BUMN harus bisa membangun suplai chain  ketahanan pangan, ketahanan kesehatan, ketahanan energi,” terang Erick.

Mitigasi pertumbuhan ekonomi
Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Ari Kuncoro, menyampaikan peran BUMN sangat penting sebagai katalisator dan integrator perubahan bagi masyarakat.

“Krisis covid-19 memutus pertemuan antara permintaan dan produksi, sebagai akibat penerapan prosedur kesehatan untuk mencegah penularan. Maka dari itu, dibutuhkan mitigasi pertumbuhan ekonomi agar dapat menyelamatkan perekonomian nasional,” terang Ari.

PSBB menjadi pilihan kebijakan yang dijalankan saat ini untuk mencegah penyebaran wabah covif-19, serta mempertahankan rantai pasokan dan meminimalkan resesi. Peran BUMN sangat dibutuhkan di sini, yaitu untuk menjaga supply chain (rantai pasokan), serta sebagai sistem integrator ketika kondisi normal baru.

Ari mengingatkan jangan sampai ketika pemulihan pascacovid-19 terjadi, barang yang tersedia di pasar hanyalah barang impor.

“Di sinilah peran penting BUMN untuk menjaga produksi di dalam negeri, sehingga mampu menciptakan nilai tambah untuk membuka kesempatan kerja dan bertumbuhnya modal, agar perekonomian dapat segara pulih berkesinambungan,” pungkas Ari. (Dro/S2-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya