Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) berencana menunjuk sejumlah bank menjadi bank jangkar. Bank jangkar itu akan bertindak sebagai penyalur dari likuiditas yang ditempatkan pemerintah di bank jangkar. Nantinya, bank yang likuiditasnya terganggu bisa mengajukan pinjaman kepada bank jangkar.
“Ini masih dalam pembahasan, tentunya akan kami finalisasi dengan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam keterangan pers daring bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, kemarin.
Dia menjelaskan hasil pembahasan itu akan dituangkan dalam surat keputusan bersama dan dalam nota kesepahaman.
Bank jangkar itu nantinya menjadi pemasok likuiditas di pasar utama antarbank (PUAB) seperti yang terjadi selama ini. Adapun bank yang selama ini menjadi pemasok di PUAB tersebut di antaranya bank BUMN yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan beberapa bank swasta.
“Yang dikhawatirkan tidak akan terjadi. NPL (kredit bermasalah) kami sanggah dengan kebijakan tadi (restrukturisasi), likuiditasnya kita bantu bersama BI dan Kemenkeu. Jangan sampai ada bank mengalami masalah likuiditas,” imbuhnya.
Kaji ulang
Sebelumnya rencana penunjukan bank Himbara sebagai bank penyangga likuiditas bagi bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas dikritisi sejumlah pihak.
DPR beranggapan bahwa hal itu akan memberatkan bank Himbara di tengah upaya mereka melakukan restrukturisasi kredit.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani berpendapat, dengan ditunjuknya bank Himbara sebagai bank penyangga likuiditas, akan menimbulkan konflik kepentingan antara bank penyangga likuiditas dan penerima likuiditas.
Sebagai bank penyangga likuiditas, tentu bank Himbara harus bisa menilai dan membantu likuiditas bank-bank yang sedang kesulitan. Padahal, dalam hal ini, OJK memiliki wewenang untuk melakukan penilaian apakah bank tersebut layak atau tidak untuk mendapatkan pinjaman likuiditas.
Lebih lanjut, ia meminta KSSK bisa mengkaji ulang rencana bank Himbara yang akan dijadikan sebagai bank penyangga likuiditas. Ia
menyarankan sebaiknya lembaga keuangan lain di luar bank Himbara yang dijadikan sebagai lembaga penyangga likuiditas, seperti PT Perusahaan Pengelola Aset (PTPPA).
Senada dengan Aviliani, ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah juga tidak sependapat jika bank Himbara dijadikan sebagai bank penyangga likuiditas. Ia menekankan, urusan likuiditas seharusnya tidak melibatkan bank Himbara. Hal Itu menjadi wewenang bank sentral yang tugasnya mengatur likuiditas di pasar.
“Yang mengatur likuiditas perekonomian kan bank sentral. Bank sentral juga dalam posisi lender of the last resort. Bank sentral memiliki semua instrumen untuk menjaga likuiditas sistem perbankan,” tandasnya.
Jika KSSK memutuskan untuk menjadikan bank BUMN sebagai bank penyangga likuiditas, mau tidak mau bank Himbara harus bisa menilai apakah bank penerima likuiditas tersebut layak untuk menerima likuiditas atau tidak. (Ant/E-1)
Rendahnya angka penetrasi menunjukkan terbatasnya peran asuransi dalam menopang stabilitas ekonomi.
PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami) ambil bagian dalam kegiatan Fintech Lending Days (FLD) 2025 yang diselenggarakan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia di Kota Sorong.
Sampai dengan periode Maret 2025, LKM yang telah memiliki izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan adalah sebanyak 245 LKM dengan nilai keseluruhan aset LKM mencapai Rp1,609 triliun.
Sejumlah lembaga internasional telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global lantaran ketidakpastian dan gejolak geopolitik dunia.
Pada Mei 2025 piutang pembiayaan yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan tercatat Rp504,58 triliun, atau tumbuh 2,83% secara tahunan.
INDUSTRI perbankan nasional dinilai masih menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah tekanan global. Pertumbuhan kredit pada Mei 2025 tercatat 8,43%, setara Rp7.900 triliun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved