Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
PERGERAKAN harga minyak perlahan naik pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat. Kondisi itu memperpanjang rebound, setelah sejumlah negara produsen minyak utama bertekad mempercepat pemotongan produksi.
Langkah pemangkasan berperan penting untuk menaikkan harga minyak yang anjlok akibat penurunan permintaan dramatis di tengah pandemi covid-19.
Acuan minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Juni naik tajam US$ 2,72 atau 19,7%, menjadi US$ 16,50 per barel di New York Mercantile Exchange.
Baca juga: Harga Minyak Sedikit Membaik, Dolar AS Naik Tipis
Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni terpantau naik US$ 0,96 atau 4,7%, menjadi ditutup pada US$ 21,33 per barel di London ICE Futures Exchange. Harga minyak mentah dunia mengalami masa kelam dalam seminggu terakhir.
Minyak mentah WTI untuk pengiriman Mei ditutup negatif US$ 37,63 per barel pada Senin kemarin, dalam aksi jual terburuk dalam sejarah. Acuan global lainnya, minyak mentah Brent, telah dibanting pada Selasa lalu hingga level terendah dalam dua dekade, sebelum akhirnya rebound.
Sejak awal tahun, kedua minyak mentah acuan kehilangan lebih dari dua pertiga nilainya. Permintaan bahan bakar global tercatat turun sekitar 30% pada April. Pasokan juga melampaui permintaan selama beberapa bulan mendatang akibat pandemi.
"Kami melihat reaksi nyata dalam industri AS terhadap harga super rendah. Itu menciptakan beberapa tanda positif yang memungkinkan harga rebound sedikit. Tapi harga masih sulit di atas US$ 15 per barel," ujar John Kilduff, analis Again Capital LLC di New York.
Baca juga: Harga Minyak Brent Kembali Anjlok, Surplus Pasokan Picu Kepanikan
Dia merujuk pada penurunan jumlah rig minyak AS ke level terendah sejak 2016. Berikut, penurunan 100 ribu barel per hari (bph) dalam produksi minyak mentah AS menjadi 12,2 juta barel per hari pekan lalu.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sejumlah negara penghasil minyak lainnya, atau dikenal sebagai OPEC+, sepakat memangkas produksi dengan rekor 9,7 juta barel per hari pada bulan ini. Besaran itu sekitar 10% dari pasokan global. Tujuannya tidak lain mendongkrak harga minyak dunia.
Kuwait diketahui mulai memotong pasokan minyak ke pasar internasional jelang 1 Mei, ketika kesepakatan itu seharusnya berlaku. Belum dapat dipastikan apakah langkah itu dapat mengimbangi permintaan yang lemah. Sumber mengungkapkan Rusia sedang mencari opsi untuk mengurangi produksi dan mungkin akan membakar minyaknya sendiri. Sebab, produksinya tidak banyak berubah dari Maret hingga sekarang.
Pasar juga menguat setelah Presiden AS, Donald Trump, menginstruksikan Angkatan Laut AS untuk menembaki setiap kapal Iran yang mengganggu kepentingan AS di Teluk. Meskipun dia kemudian menambahkan tidak mengubah aturan keterlibatan militer. Di lain sisi, Kepala Pengawal Revolusi Iran menegaskan Teheran akan menghancurkan kapal perang AS, jika keamanan di Teluk terancam.(Ant/OL-11)
PEMERINTAH Amerika Serikat membekukan dana sebesar 500 juta dolar AS yang dialokasikan untuk proyek vaksin mRNA produksi produsen bioteknologi CureVac dan mitranya, Ginkgo Bioworks.
Stratus (XFG), varian COVID-19 baru yang kini dominan di Indonesia, masuk daftar VOM WHO. Simak 5 hal penting menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama.
LAPORAN terbaru Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa covid-19 XFG atau covid-19 varian stratus menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.
varian Covid-19 XFG atau stratus tampaknya tidak membuat orang parah dibandingkan varian sebelumnya. Namun, ada satu gejala yang khas yakni suara serak atau parau.
Kemenkes menyebut total kasus covid-19 dari Minggu ke-1 hingga Minggu ke-30 tahun 2025 sebanyak 291 kasus
Nimbus berada pada kategori VUM, artinya sedang diamati karena lonjakan kasus di beberapa wilayah, namun belum menunjukkan bukti membahayakan secara signifikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved