Laba 2019 Tertekan, Pahala : Tahun ini Akan Pulih Lagi

Raja Suhud
17/2/2020 20:43
Laba 2019 Tertekan, Pahala : Tahun ini Akan Pulih Lagi
Dirut BTN Pahal N Mansury (tengah) memaparkan rencana bisnis BTN pada 2020 ini.(MI/Raja Suhud)

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. baru saja mengumumkan bahwa perolehan laba tahun 2019 yang hanya mencapai Rp209 miliar dari sebelumnya Rp2,8 triliun.

Penurunan laba itu terkait peningkatan pencadangan yang dilakukan manajemen Bank BTN. Pada akhir Desember 2019, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai  (CKPN) BTN berada di posisi Rp6,14 triliun atau melonjak 85,09% yoy dari Rp3,32 triliun.
Dengan demikian coverage ratio berada di level 50,01% pada Desember 2019 dan terus naik pada Januari 2020 sehingga  coverage ratio sudah mencapai 109,47%.

Direktur Utama Bank BTN Pahala N Mansury mengatakan bahwa fundamental perseroan masih kuat serta potensi bisnis yang besar.  Sehingga dirinya optimistis bahwa laba BTN akan pulih kembali tahun ini ke kisaran Rp2,5 triliun hingga Rp3 triliun.

“Pemulihan akan terlihat pada triwulan pertama tahun ini. Yang pertama terlihat adalah dari cost of fund yang sudah turun 0.15 basis poin. Tapi pemulihan yang paling besar akan terlihat setelah kuartal ke dua ,” ujar Pahala dalam Media Briefing & Lunch di Kantor Cabang Bank BTN Cawang di Jakarta, Senin (17/2).

Pondasi bisnis perseroan yang masih kuat tercermin dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang berada di level 17,32% pada Desember 2019 atau berada di atas ambang batas sebesar 14%. Rasio kecukupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) Bank BTN juga masih kuat. LCR perseroan tercatat sebesar 136,31% di Desember 2019.

Dapat Dirut Baru, BTN Berbenah

Untuk melaju di 2020, ujar Pahala, Bank BTN juga telah mencanangkan berbagai varian strategi.  Pahala menjelaskan berbagai strategi yang menjadi fokus emiten bersandi saham BBTN ini yakni peningkatan produktivitas. Kemudian perseroan juga akan memaksimalkan berbagai platform termasuk terkait proses kredit dan infrastruktur data. Strategi lainnya, lanjut Pahala, yaitu mengembangkan model bisnis baru untuk dana ritel dan wholesale funding. Bank BTN juga meningkatkan digitalisasi dan otomatisasi di tahun ini. “Kami juga akan memaksimalkan kemitraan untuk membangun ekosistem di sektor properti dan perumahan,”

Menurut Pahala, meski pada tahun 2020 masih dibayangi kondisi perlambatan ekonomi, tetapi peluang bisnis terbuka lebar. Berbagai potensi bisnis yang masuk dalam radar perseroan yakni berkembangnya sentra-sentra pertumbuhan baru. Berbagai sentra tersebut muncul dari tren urbanisasi, peningkatan kelas menengah, pengembangan infrastruktur, hingga pemindahan Ibu Kota Negara.

Selain itu, potensi perumahan di tipe rumah berkisar Rp150 juta-Rp300 juta masih jauh dari jenuh. Kondisi tersebut, nilai Pahala, pun menjadi tanah subur yang siap digarap. Era digital disruption yang kian menguat juga menjadi bisnis menarik bagi perseroan terutama dalam mengembangkan lini digitalnya.

Dengan varian strategi dan peluang itu, pada tahun kabisat ini, Pahala juga yakin BBTN mampu mencatatkan pertumbuhan kredit di level 10% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Pada tahun ini, dalam rangka mengembalikan hakikat Bank BTN sebagai bank tabungan, perseroan juga telah meluncurkan produk bundling dana yang menawarkan berbagai kemudahan. Dengan produk anyar tersebut, BTN juga optimistis Dana pihak ketiga (DPK) pun dibidik naik berkisar 13%-15% yoy dan aset meningkat 6%-8% yoy.


Data keuangan Bank BTN menunjukkan kenaikan kredit dan pembiayaan perseroan ditopang penyaluran kredit perumahan yang tumbuh sebesar 7,32% yoy menjadi Rp229,26 triliun pada akhir kuartal IV/2019. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi menjadi penyumbang utama peningkatan tersebut. KPR Subsidi Bank BTN tercatat naik 13,2% yoy dari Rp98,17 triliun menjadi Rp111,13 triliun pada kuartal IV/2019. KPR Non-subsidi juga terpantau tumbuh di level 3,71% yoy menjadi Rp80,64 triliun di akhir Desember 2019.

Kredit non-perumahan di Bank BTN juga menyumbang pertumbuhan total kredit di perseroan. Penyaluran kredit non-perumahan tercatat tumbuh 7,62% yoy dari Rp24,67 triliun pada kuartal IV/2018 menjadi Rp26,55 triliun. Kredit komersial menjadi penopang utama pertumbuhan segmen kredit tersebut dengan kenaikan penyaluran sebesar 14,13% yoy menjadi Rp21,66 triliun pada akhir Desember 2019.

Di tengah pengetatan likuiditas, Bank BTN pun mampu mencatatkan pertumbuhan tabungan sebesar 8,98% yoy menjadi Rp45,64 triliun pada kuartal IV/2019. Secara total, BBTN menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) senilai Rp225,4 triliun hingga akhir Desember 2019. Dengan kinerja kredit dan DPK tersebut, aset Bank BTN tercatat tumbuh 1,74% yoy menjadi Rp311,77 triliun pada akhir tahun lalu.

Sementara itu, penyaluran kredit yang positif menyumbang pendapatan bunga Bank BTN sebesar 12,43% yoy dari Rp22,83 triliun pada akhir 2018 menjadi Rp25,67 triliun di periode yang sama tahun lalu. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya