Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
MAKIN pesatnya pertumbuhan teknologi finansial (tekfin), khususnya industri asuransi, di Indonesia, berbanding lurus dengan perkembangan potensi ancaman siber yang timbul.
Untuk itu, Indonesia Re Institute hadir untuk mendampingi para pelaku industri asuransi mengantisipasi berbagai ancaman digital yang tak hanya akan merugikan korporasi, tapi juga konsumen.
Direktur Pengembangan, Manajemen Risiko dan Kepatuhan Indonesia Re Putri Eka Kusumawati Sjarief mengatakan, industri akan semakin mengandalkan big data dan Internet of Things. Tapi di sisi lain, potensi ancaman sibernya begitu besar
"Lewat Indonesia Re Institute, kami ingin menjadi mitra industri untuk tak hanya menghadapi tantangan tersebut, tapi juga memanfaatkan semakin pesatnya perkembangan teknologi di industri asuransi," ujarnya seperti dikutip dari Antara.
Baca Juga: Bea Cukai Banten Terbitkan Izin KB Perusahaan Pengolah Biji Nikel
Hadirnya Indonesia Re Institute dilatarbelakangi oleh semakin tingginya tuntutan pasar dan semakin ketatnya persaingan di industri asuransi nasional. Oleh karena itu, Indonesia Re, sebagai BUMN yang ditunjuk pemerintah menjadi Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN) merasa bertanggung jawab untuk turut meningkatkan standar praktik asuransi, tata kelola risiko pereasuransian, serta menjajaki peluang untuk mengembangkan produk asuransi yang lebih beragam dalam rangka memenuhi kebutuhan seluruh pemangku kepentingan industri asuransi.
Untuk semakin memperkuat kapabilitasnya, Indonesia Re Institute akan bekerjasama dengan sejumlah institusi akademik yang ternama di dalam dan luar negeri.
"Kami akan bekerjasama dengan Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, SIGMA, dll," tukasnya. (Ant/OL-7)
Jumlah pengguna e-commerce di Indonesia diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan, dengan peningkatan 11,2% secara tahunan.
Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai Rp1.860 triliun pada 2024, yang setara dengan 8,4 persen dari PDB nasional. Sektor ini diproyeksikan tumbuh dengan angka 5%-6% per tahun.
Plt. Direktur Pengembangan Ekosistem Digital, Kementerian Komunikasi dan Digital, Sonny Sudaryanah, membuka seminar dengan keynote remarks.
Kekuatan bisnis yang telah terbentuk selama bertahun-tahun perlu dioptimalkan melalui inovasi dan digitalisasi agar tetap relevan, berdaya saing, dan siap bersaing di pasar global.
Kedaulatan ekonomi digital Indonesia semakin penting di tengah laju digitalisasi dan ketidakpastian global.
Kreator digital di Indonesia memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk budaya online dan menggerakkan ekonomi kreatif.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved