Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Pengamat: Suku Bunga BI masih Bisa Diturunkan Lagi

Faustinus Nua
22/9/2019 21:10
Pengamat: Suku Bunga BI masih Bisa Diturunkan Lagi
Gubernur BI Perry Warjiyo (kedua kanan) memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor BI, Jakarta, Kamis (19/9).(ANTARA/SIGID KURNIAWAN)

SEJAK Juli 2019 lalu Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga tiga kali berturut-turut. Kini, suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) berada di level 5,25 %. Meski begitu, penurunan suku bunga acuan itu ternyata belum diimbangi dengan peningkatan kredit yang signifikan.

Pengamat Ekonomi dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Willem A Makaliwe mengungkapkan langkah yang diambil BI sudah tepat. Akan tetapi ia menilai BI seharusnya masih bisa menurunkan suku bunga acuan.

"Langkah BI menurunkan sudah cukup baik, tapi masih mungkin untuk diturunkan lagi. Terutama bagaimana mereka mendorong perbankan untuk mendapat ekspansi kredit dari sektor riil," jelasnya ketika dihubungi Media Indonesia, di Jakarta, Minggu (22/9).

BI sebenarnya masih bisa menurunkan suku bunga mengingat respons perbankan dan kreditur yang belum menunjukan peningkatan kredit perbankan. Hal tersebut juga menjadi alasan kredit perbankan di Indonesia masih loyo.

"Angkanya di 5,25 % dan sebagai patokannya inflasi sekitar 3%-3,5%. Berarti masih ada jarak 2% untuk turun," tambahnya.

Menurutnya penurunan suku bunga bank sangatlah penting untuk mendorong peningkatan kredit perbankan. Langkah itu pun sudah dibuat BI secara bertahap sejak Juli 2019. Begitu pula dengan perbankan secara bertahap menyesuaikannya.

Di sisi lain, Wilem memandang persoalan kredit perbankan yang kurang signifikan bukan semata persoalan suku buang acuan yang dinilai masih tinggi. Permasalahan lain menurutnya ialah kurangnya kreativitas perbankan dalam menyalurkan kredit.

"Yang kita harapkan produk-produk itu tidak hanya interest base atau basis suku bunga tapi juga berbasis fee (fee based income). Itu yang kurang diekspansi, sehingga pergerakan naik turun suku bunga tidak terlalu pengaruh," imbuhnya.

Fee based income, menurutnya, akan lebih mendorong peningkatan kredit. Hal tersebut karena bank-bank juga akan turut mendukung usaha kreditur. Dengan demikian, tidak hanya pendapatan daru jasa bank tapi juga proses pengembalian kredit yang lancar dan bisa terus meningkat. (X-12)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik