Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Pasar Saham dan Obligasi Indonesia Tetap Menarik

(Ant/E-3)
17/9/2019 07:20
Pasar Saham dan Obligasi Indonesia Tetap Menarik
PASAR SAHAM INDONESIA 2020: Chief Economist & Investment Strategist Katarina Setiawan (kiri)(ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra/)

Pasar saham dan pasar obligasi Indonesia masih menarik di tengah gejolak ekonomi global. Hal itu lantaran obligasi di Indonesia masih memberikan imbal hasil yang tinggi.

"Pasar saham masih memberikan peluang investasi yang menarik karena valuasinya, juga potensi pertumbuhan laba korporasi yang diperkirakan sekitar 9% pada tahun ini," kata Chief Economist Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan dalam keterangan resminya di Jakarta, kemarin.

Selain itu, lanjut Katarina, terdapat sejumlah katalis ke depan untuk pasar saham, antara lain pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Bank Indonesia, percepatan reformasi kebijakan oleh pemerintah, perbaikan data aktivitas ekonomi, dan pemotongan pajak korporasi.

Untuk pasar obligasi, di tengah kondisi suku bunga rendah seperti saat ini, obligasi Indonesia sangat menarik karena masih memberikan imbal hasil riil (real yield) yang tinggi.

"Komitmen BI untuk menjaga nilai tukar rupiah dan juga pasar obligasi Indonesia memberikan sentimen yang positif bagi obligasi Indonesia," kata Katarina.

Menurut Katarina, gejolak dan volatilitas di pasar finansial bukan sesuatu yang jarang terjadi. Ia pun menyarankan investor untuk selalu memonitor perkembangan yang ada.

"Jangan lupa bahwa selalu ada peluang di setiap kondisi termasuk di tengah-tengah volatilitas global yang tinggi. Jangan takut untuk berinvestasi, sesuaikan portofolio investasi Anda dengan tujuan dan jangka waktu investasi yang ditargetkan," ujar Katarina.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada penutupan kemarin melemah akibat terseret peningkatan ketegangan di Timur Tengah yang memicu kenaikan harga minyak dunia.

Rupiah ditutup melemah 75 poin atau 0,54% menjadi 14.042 per dolar AS dari sebelumnya 13.967 per dolar AS.

"Perkembangan di Timur Tengah kembali memanas akibat salah satu kilang minyak di Arab Saudi milik Saudi Aramco diserang, dan Iran yang dijadikan kambing hitam," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, kemarin.

Kenaikan harga minyak membawa sentimen negatif bagi rupiah mengingat Indonesia ialah negara net importir minyak. (Ant/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya