Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Perang Dagang Tak Pengaruhi Industri Otomotif Secara Langsung

Atikah Ishmah Winahyu
17/6/2019 22:15
Perang Dagang Tak Pengaruhi Industri Otomotif Secara Langsung
mobil yang diproduksi di Indonesia siap diekspor(Antara/Aprilio Akbar)

PASAR mobil Tiongkok pada Mei 2019 diketahui turun sebesar 16,4% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan imbas perang dagang yang masih terjadi antara Tiongkok dan Amerika Serikat.

Presiden Direktur PT Hyundai Mobil Indonesia Mukiat Sutikno mengungkapkan, perang dagang Tiongkok-Amerika sesungguhnya tidak memberikan dampak langsung terhadap industri otomotif di Indonesia.

"Kalau secara impact langsung sebenarnya sih nggak ada karena kenapa, kembali kita ini kan nggak ada pasokan ataupun penjualan ke Tiongkok maupun ke Amerika," kata Mukiat kepada Media Indonesia, Senin (17/6).

Baca juga : Perusahaan Elektronik Global Mulai Relokasi ke Indonesia

Menurut Mukiat, hal itu dikarenakan industri otomotif Indonesia sebagian besar menyasar pasar ASEAN serta ke Timur Tengah. Selain itu, merek besar selerti Toyota dan Hyundai sudah memiliki pabrik sendiri di Amerika dan Tiongkok.

"Rata-rata merek otomotif di Indonesia itu hanya ke pasar ASEAN. Seperti Hyundai, kita ke Thailand, ke Bhutan, ke Brunei," terangnya.

Namun Presdir Hyundai ini menuturkan, perang dagang masih membawa dampak tidak langsung pada industri otomotif Indonesia, yakni melalui kondisi perekonomiannya.

Dia menjelaskan, perang dagang yang cukup memberatkan perekonomian dapat menyebabkan jumlah pembelian kendaraan menyusut.

Tren pasar otomotif Indonesia yang saat ini cenderung menurun dinilainya juga merupakan dampak tidak langsung dari kondisi global.

"Karena ekonominya menurun bisa juga mempengaruhi market otomotif, jadi secara tidak langsung dampaknya ada tentunya," jelasnya.

Namun Mukiat meyakini industri otomotif Indonesia dapat tumbuh dengan baik karena memiliki pasar dan peluang yang besar.

"Masih tinggi sekali (minat pasar), apalagi penetrasi kendaraan di Indonesia kan baru 7,9%. Jadi sebenarnya masih tinggi, tapi tadi, lebih ke kondisi ekonominya aja sih," tandasnya. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya