Rendahnya inflasi dan manuver pemerintah mempercepat penyerapan anggaran merupakan momentum yang tepat bagi Bank Indonesia turunkan suku bunga acuan.
Jelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) Rabu dan Kamis (13-14/1) besok, tekanan untuk menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BiI Rate kian deras. Ditemui disela Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB), Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Ahmad Baiquni mengatakan BI Rate memiliki ruang relaksasi sekurangnya 25 basis poin (bps).
"BI rate (jelang) RDG bahwa Federal Reserve sudah menaikan, dan sudah lihat angka inflasi 2016, tingkat inflasi tidak terlalu tinggi ," ujar Baiquni di Jakarta, Selasa (12/1).
Sejalan dengan relaksasi itu, pemerintah yang sedang gencar menggalakkan penyerapan anggaran lebih awal membawa stimulus fiskal bergulir dalam jumlah besar juga bisa merasakan manfaatnya secara maksimal, yakni adanya peningkatan uang beredar yang memicu perbaikan daya beli masyarakat.
"Pemerintah sudah lakukan percepatan penggunaan anggaran tender awal tahun triwulan kedua, biasanya ini awal tahun dilalukan," imbuh Baiquni.
Perlambatan ekonomi yang terjadi sepanjang tahun 2015 lalu menyebabkan ekonomi hanya mampu tumbuh 4,7-4,8%. Pemerintah memasang target yang cukup ambisius di tahun 2016 jika dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu, yakni 5,2-5,6%. Karenanya, daya beli menjadi salah satu fokus yang mesti diperbaiki mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia bertumpu pada konsumsi rumah tangga.
"Paling tidak, bisa turun 25 bps lah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kita," cetus Baiquni.
Ada yang berubah dari tradisi rapat bulannan dewan gubernur tahun ini. Dalam keterangan persnya
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara menyebutkan bahwa RDG sepanjang tahun 2016 akan berlangsung selama 2 hari. Padahal sebelumnya RDG yang amat menentukan arah kebijakan mineter BI hanya berjalan beberapa jam saja.
"Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang dilaksanakan hanya 1 (satu) hari, RDG Bulanan pada tahun 2016 dilaksanakan selama 2 (dua) hari," terang Tirta dalam keterangan oers yang diterima Media Indonesia.
Perubahan pelaksanaan RDG Bulanan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas asesmen kondisi terkini makroekonomi, mikroekonomi, perkiraan ke depan, serta untuk memperkuat perumusan bauran kebijakan Bank Indonesia.
"RDG Bulanan hari pertama dilaksanakan untuk memperdalam hasil asesmen sektor moneter termasuk materi ekonomi regional (perkembangan ekonomi dari berbagai daerah di seluruh Indonesia), sektor stabilitas sistem keuangan, sektor sistem pembayaran, dan pengelolaan uang rupiah, serta mengintegrasikan opsi-opsi bauran kebijakan yang akan ditempuh Bank Indonesia. Sementara, RDG Bulanan hari kedua dilaksanakan untuk menetapkan bauran kebijakan Bank Indonesia," tukasnya.(Q-1)
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 17 Juni 2025, dibuka melemah sebesar 34 poin atau 0,21% menjadi Rp16.299 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.265 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin, 16 Juni 2025, melemah 4 poin atau 0,02% menjadi Rp16.308 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.304 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis, 12 Juni 2025, menguat sebesar 8 poin atau 0,05% menjadi Rp16.252 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.260 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 11 Juni 2025, dibuka menguat sebesar 3 poin atau 0,02% menjadi Rp16.272 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.275 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 10 Juni 2026, ditutup menguat 16 poin atau 0,10% menjadi Rp16.275 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.291 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 4 Juni 2025, menguat sebesar 9 poin atau 0,05% menjadi Rp16.300 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.309 per dolar AS.