TEPAT pukul 22.00 WIB, band Leo and His Impeccable Six mulai memainkan 'mantranya' di panggung Rolling Stones Cafe, Jakarta. Seiring dengan alunan musik rock n roll, jazz, dan blues yang mereka mainkan, beberapa perempuan kulit putih antusias maju ke depan membentuk barisan.
Di belakang mereka bergabung muda-mudi Jakarta. Kebanyakan dari para perempuan itu memakai terusan atau padanan blus dengan rok lebar. Sementara itu, alas kaki mereka berupa sepatu flat bertali, macam oxford shoes atau juga sneaker.
Seorang perempuan kulit putih dengan terusan merah selutut kemudian memimpin menari. Barisan itu tidak kaku. Muda-mudi itu menari dengan berpasangan. Pria dengan wanita atau wanita dengan wanita bisa sama serunya.
Terkadang mereka seperti berputar sambil saling mendekat atau kemudian bersama bergerak ke satu arah sambil melemparkan kaki ke depan maupun ke belakang. Gerakannya cepat tapi tetap terlihat fun.
Itulah swing dance. Sementara itu, acara menari yang digelar saban malam Minggu tersebut dimotori Indo Swing, sebuah perkumpulan pecinta swing dance yang didirikan perempuan berbaju merah tadi. Namanya Elsie Budwill.
Perempuan asal Kanada itu telah sekitar 7 tahun mendalami swing dance. Saat kemudian menetap di Jakarta, perempuan yang pernah tinggal di Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura itu pun ingin memopulerkan swing dance era '20-an dan '50-an di Indonesia.
"Yah, saya bersama dengan teman-teman yang memiliki kesamaan hobi awalnya dari kafe ke kafe yang ada live band. Jadi, kita berdansa di sana ketika band sudah mulai manggung," kata Elsie kepada Media Indonesia, Sabtu (12/12).
Lambat laun, ia ingin makin serius hingga kemudian mendirikan Indo Swing pada April 2014. "Di Indo Swing, semua bisa bergabung dan tidak ada tingkatan siapa yang profesional, amatir, atau bahkan baru pemula. Semua bisa dengan bebas memilih pasangan sesuai keinginan," tambah Elsie yang mengajar di sebuah sekolah swasta internasional di Kemang.
Berdasarkan sejarah, swing dance muncul seiring dengan kehadiran band-band besar, yakni band yang dilengkapi perkusi, terompet, dan lainnya, pada era '20-an. Kehadiran band-band dengan aliran jazz itu memunculkan suatu tarian baru di komunitas kulit hitam.
Nama swing dance kemudian disematkan kepada gaya tarian itu sesuai dengan gaya tarian yang dapat dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Tarian ini kemudian memiliki beberapa gerakan terkenal, seperti gerakan lindy hop.
Gerakan yang muncul di kawasan Harlem itu dilakukan dengan bergandengan dua tangan (closed position) ataupun bergandengan satu tangan (open position). Sambil berpindah gerakan itu, kaki pun bergerak lincah mengikuti musik.
Kemudian ada pula gerakan balboa yang lebih banyak menggunakan closed position. Dengan begitu, gerakan yang muncul di daerah selatan California itu lebih banyak membuat kontak tubuh.
Beragam gaya lainnya ialah west coast swing, carolina shag, east coast swing, dan hand dancing.
Elsie mengatakan tidak perlu khawatir tidak dapat mengikuti gerakan. Mereka yang sudah lebih dulu bergabung di Indo Swing pun tidak ragu menjadi pasangan pembimbing bagi para pemula.
Di samping itu, Elsie mengatakan yang ditekankan dari kegiatan mereka ialah bagaimana kita bisa menikmati musik.
Dansa pergaulan Cairnya suasana swing dance membuat tarian ini juga diartikan sebagai social dance atau dansa pergaulan.
"Di luar negeri, swing dance itu sama seperti social dance karena mereka aktif di berbagai kegiatan musik yang digelar. Semua bebas dan sifatnya sosial. Datang, kenalan, dan menari bersama," tutur Elsie.
Hal serupa disampaikan Yunita Dewi. Wanita kelahiran 24 tahun silam yang sedang mengenyam pendidikan di Australia itu sengaja menyempatkan diri untuk datang ke Rolling Stones Cafe dan bergabung dengan Indo Swing di tengah musim liburnya.
Menurutnya, swing dance juga populer di Negara Kanguru. Sebab itu, saat pulang kampung sebulan ini, ia pun antusias ketika mengetahui ada komunitas swing dance di Jakarta.
Tidak hanya menambah teman, swing dance bisa menjadi cara menjaga kebugaran. Elsie bahkan mengungkapkan pergerakan seluruh bagian tubuh saat menari mengikuti alunan musik dengan bit cepat juga bisa menurunkan berat badan secara signifikan.
Ia menuturkan ada seorang temannya dapat menurunkan berat badan 12 kilogram dengan rutin ber-swing dance selama tiga bulan. Dalam seminggu, teman tersebut menari setidaknya tiga kali.
Lewat swing dance, kekuatan otot paha, betis, kaki, dan pinggul juga dapat ditingkatkan. Yang terpenting, tubuh akan tetap lentur meski usia bertambah. (M-3)