Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
Dari luar, bangunan itu terlihat seperti ruangan serbaguna. Ya, tempat itu memang lazim digunakan warga buat rapat dan berkegiatan lainnya. Namun, di sanalah SMP Terbuka Gading Regency menjalankan kegiatan belajar mengajar.
Sekolah ini dikelola komunitas Matahari Kecil, Matcil begitu kelompok ini dipanggil, berfokus pada aspek administratif. Kurikulum dan pengajaran, menginduk pada kurikulum SMPN 8, Bandung.
Sekolah istimewa di kawasan Gading Regency, Soekarno Hatta, Bandung, ini menambahkan sekat pada ruangan serbaguna warga agar terbagi menjadi dua dan menyerupai kelas. Setelah ditambah papan tulis, tempelan peta dunia dan foto presiden, makin lengkaplah ruang belajar yang menyasar anak-anak yang sebagian besar beraktivitas di jalan itu.
SMP Terbuka tak berbayar ini menjalankan kegiatan layaknya sekolah reguler, setiap Senin-Sabtu, mulai pukul 7.30 pagi hingga 12 siang.
“Semuanya gratis, mereka tinggal datang kami siap mengajar,” ujar Layalia, Humas Matcil kepada Muda, Selasa (21/2).
Selain belajar, lanjut Layalia, sekolah memprioritaskan pengajaran agama, seni, dan budaya. Pendidikan moral memang jadi salah satu kegiatan utama sekolah ini. “Kerasnya dunia jalanan membuat sikap anak-anak ini terkadang kurang santun,” kata Layalia.
Agar tak putus sekolah
“Saya melihat banyak anak-anak yang akhirnya putus sekolah, dan malah bekerja serabutan. Padahal, banyak anak muda yang mau mengajar. Jadi muncullah Matcil ini untuk menjadi jembatan pertemuan mereka,” ujar pendiri Matcil, Yasser Muhammad Syaiful.
Kepada Muda, Yasser berkisah, komunitasnya berdiri pada Agustus 2015. Pemicunya, keinginan ia dan kawan-kawannya berkontribusi buat makin banyaknya anak-anak yang turun ke jalan.
“Banyak sekali faktor yang membuat mereka ada di jalan. Karena di jalan, umumnya mereka putus sekolah,” kata Yasser.
Salah satu faktor anak-anak lebih nyaman mencari uang dan beraktivitas di jalan, kata Yasser, adalah kondisi keluarga.
“Tuntutan untuk meringankan ekonomi keluarga membuat pola pikir anak-anak ini berubah. Alhasil tanpa disuruh pun mereka perlahan mundur dari bangku sekolah. Beberapa bahkan ada yang berpikir sekolah itu sia-sia karena toh mereka tidak mungkin bisa meraih cita-citanya. Sehingga keterampilan berbahasa Inggris, berhitung, dan materi lainnya semakin tidak diminati,” kata Yasser.
Menjadi kakak asuh
Matcil pun kemudian didirikan untuk menjadi salah satu wahana yang mengembalikan minat dan pemahaman soal pentingnya sekolah pada anak-anak jalanan di Bandung.
Untuk mewujudkan agenda itu, tentu tidak mudah. Selain harus memberikan sistem pengajaran yang sesuai dengan kondisi anak, sehingga mereka nyaman juga senang kembali bersekolah, Matcil juga melakukan pendampingan. Anggota komunitas menjadi kakak asuh bagi anak-anak jalanan.
Tak cuma itu, agar dukungan juga datang dari orangtua, Matcil memberikan pemahaman dengan melakukan diskusi rutin dengan para orangtua. Hasilnya, siswa terus bertambah dan kini sudah ada 24 anak yang tergabung di SMP Terbuka Gading Regency, terdiri atas 11 siswa kelas 1 dan 13 siswa di kelas 2.
Siswanya sampai ke Jepang
Kerennya lagi, Matcil juga sukses memberangkatkan Rayhan Ansyor Fauzi, salah satu anak didiknya ke Jepang. Rayhan bahkan dijemput langsung Wali Kota Hamamatsu Jepang untuk berangkat dan menceritakan esai yang ditulisnya dalam lomba pidato mengenai Jepang itu.
“Pas dapat kabar dan minta ijin, Rayhan malah disuruh orangtuanya minta mentahannya saja. Namun, setelah dibujuk akhirnya Rayhan bisa punya pengalaman ke luar negeri,” ucap Rayhan.
Matcil sendiri, kata Yasser, terdiri atas anggota tim serta sukarelawan. Jika sukarelawan bertugas mengurus kebutuhan akademik siswa SMP Terbuka Gading Regency, anggota tim Matcil menjaga kestabilan sekolah dari sisi sirkulasi dana, sosialisasi, dan perekrutan calon guru.
“Salah satu kegiatan tim Matcil ini membuat produk yang dijual untuk menambah dana agar kebutuhan sekolah terpenuhi. Selain itu, kami bertugas untuk mencari donasi, baik dalam bentuk barang ataupun uang,” kata Yasser. Bersinar terus Matahari Kecil! (M-1)
Ni Putu Trisnanda
Jurusan Jurnalistik, Universitas Padjadjaran
[email protected]
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved